Banyaknya kasus orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Kota Tarakan, membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan kewalahan dalam menangani ODGJ di Kota Tarakan. Hal itu tidak lain lantaran Tarakan masih memiliki fasilitas terbatas dalam penanganan ODGJ di RSUD dr H Jusuf SK.
Sementara itu, di Kaltara belum memiliki rumah sakit khusus gangguan jiwa yang dapat menampung ODGJ secara khusus. Saat dikonfirmasi, Kepala Dinsos Kota Tarakan, Arbain menerangkan, persolaan ODGJ di Kota Tarakan tidak dapat dipandang sebelah mata. Meski jumlah tidak begitu banyak, namun saat ini banyak kejadian meresahkan yang dilakukan ODGJ dalam beberapa tahun terakhir.
“Sebenarnya persoalan ini tidak terlepas dari masalah kesejahteraan masyarakat. Sebenarnya persoalan ini memerlukan sinergitas antar OPD misalnya program pemerintah dalam gangguan jiwa ODGJ. Ini kan ranahnya Dinas Kesehatan,” ujarnya, Kamis (13/4).
Dikatakannya, untuk saat ini di Kaltara seharusnya sudah memiliki rumah sakit Jiwa. Sehingga dengan adanya RSJ membuat ODGJ di Kaltara dapat ditampung secara maksimal.
“Karena kami tidak punya dokter. Kami juga tidak punya perawat jadi kalau ketemu orang begitu kita melihat, artinya kita tahu bahwa orang ini dalam gangguan jiwa. Sementata kami kan tidak dalam kapasitas menampung ODGJ. Tetapi, kami mencari tahu siapa, di mana tinggalnya melarang dia jangan berkeliaran karena bisa mengganggu atau nanti bisa menyarankan supaya dibawa ke rumah sakit,” terangnya.
“Sekarang di Teratai (ruang perawatan RSUD) banyak menampung orang dalam gangguan seperti itu, tapi penyakit begitu kan bukan model penyakit yang bisa diobati, sembuh. Itu kan membutuhkan pengobatan berkepanjangan. Kalau sudah sembuh, dia pulang ke rumah nanti kambuh lagi,” lanjutnya. (*)
