BANJARMASIN - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) meriset kualitas program televisi di 12 kota besar di Indonesia. Di Banjarmasin, KPI menggandeng Universitas Lambung Mangkurat.
"Kesimpulannya, rata-rata siaran dari tiga program, yakni infotainment, variety show dan sinetron masih di bawah standar," kata Koordinator Bidang Isi Siaran KPI, Mimah Susanti saat berkunjung ke Banjarmasin, Kamis (3/6).
Mimah berharap, riset KPI tak selalu dipandang sebagai hasil pengawasan. "Justru sebagai referensi saat merancang program siaran yang lebih baik," tambahnya.
Sebagai contoh, konten sinetron yang berkutat pada tema perceraian dan pernikahan dini. "Selain menghibur juga harus mendidik," tegasnya.
Sementara itu, Komisioner KPID Kalsel, Marliyana menambahkan, stasiun TV tak semestinya mengorbankan kepentingan masyarakat demi mengejar rating tinggi.
Dia juga melihat sebuah pola. Begitu sebuah acara disukai penonton, produksi acara serupa akan digenjot. Akhirnya, mirip-mirip semua.
Diakuinya, rating itu penting untuk menarik pemasang iklan. Terlebih di tengah pandemi, ketika industri media menghadapi resesi ekonomi.
Penting ditekankan, riset KPI berbeda dengan survei Nielsen. Karena yang kedua menggunakan metode kuantitatif, sementara yang disebut pertama menggunakan metode kualitatif.
Harapan terakhir Marliyana tertuju pada pemasang iklan. Ke depan, pemasang akan mengincar program TV yang memang bermutu. "Karena kalau cuma disukai penonton, belum tentu yang paling berkualitas," pungkasnya. (gmp/fud/ema)