Panitia "Behualan", Pembangunan Musala di Desa Alat Jadi Polemik

- Senin, 3 Mei 2021 | 12:10 WIB
BERPOLEMIK: Karena ada konflik internal dikepanitiaan, pembangunan musala Nor Hidayah jadi terganggu.
BERPOLEMIK: Karena ada konflik internal dikepanitiaan, pembangunan musala Nor Hidayah jadi terganggu.

BARABAI - Ternyata pembangunan musala Nor Hidayah di RT 02, Desa Alat, Kecamatan Hantakan, tak semulus yang dibayangkan. Proses pembangunan tempat ibadah yang hanyut disapu banjir tersebut berpolemik.

Diawali dari konflik internal kepanitian. Sampai strukturnya dirombak ulang. Bahkan, ketua panitia pembangunan musala mengundurkan diri. Kini penanggungjawab penuh pelaksanaan pembangunan musala dipegang bendahara.

Bendahara pembangunan musala Masrita menjelaskan, polemik itu dipicu ketika para panitia mengeluh tidak dapat melakukan pekerjaan yang lain karena harus fokus dalam kepanitiaan pembangunan musala. Alhasil, pemasukan sehari-hari sebagai petani berkurang.

"Lalu, saran dari penasehat pembangunan musala (yakni Pembakal Desa Alat) kepanitiaan dapat bayaran. Jumlahnya berbeda tiap jabatan," katanya, saat ditemui Radar Banjarmasin, kemarin.

Rinciannya, untuk ketua pembangunan musala Rp2,1 juta, sekretaris Rp1,8 juta, bendahara Rp1,8 juta, seksi pengadaan barang dan seksi pembangunan masing-masing Rp750 ribu.

"Bayaran ini bisa diberikan penuh, dengan catatan, saat tukang sedang kerja panitia harus ikut memantau di lapangan," jelas Masrita.

Gara-gara panitia berbayar ini, masyarakat menjadi bingung. Sebab, uang bayaran yang mereka dapatkan itu berasal dari uang wakaf yang ditujukan pembangunan musala. Sedari awal, Masrita menolak usulan ini, hal ini membuat ia tidak disenangi panitia yang lain.

"Jadi, saya (bendahara) dan sekertaris menolak. Bahkan, sekretaris pembangunan musala langsung mengundurkan diri. Karena saya punya tanggung jawab di sini, jadi, saya masih bertahan untuk mengawal pembangunan musala," bebernya.

Masrita mengaku sadar jika menggunakan uang wakaf tidak untuk keperluan pembangunan musala merupakan perbuatan yang menyimpang. "Sampai anak SD rela membongkar tabungannya diwakafkan untuk pembangunan musala. Anak kecil saja bisa berpikir seperti itu, sementara panitia bisa-bisanya minta dibayar. Ya, Allah," ceritanya sendu.

Saat ini, kepanitiaan yang berjumlah lima orang tersebut sudah bubar. Hanya Masrita sebagai bendahara yang tertinggal. Namun, ketua panitia pembangunan musala serta seksi pengadaan barang dan seksi pembangunan sudah menerima bayarannya untuk bulan Maret 2021.

"Padahal, panitia kerjanya apa, kok minta dibayar? Di situ aku yang tidak ikhlas membayar mereka dengan uang wakaf," tegasnya.

Di sisi lain, Ketua Panitia pembangunan musala Abdul Wahab membenarkan jika ia sudah tidak menjabat sebagai ketua panitia sejak awal April. Ia menuturkan alasan pengunduran diri karena tak tahan dengan sikap bendahara yang melebihi tupoksi.

"Namanya panitia itu punya tugas masing-masing. Kalau ini tugas ketua dikerjakan bendahara, tugas seksi pengadaan barang dikerjakan bendahara, tugas seksi pembangunan dikerjakan bendahara. Jadi, semua tugas kami bendahara sendiri mengerjakan," kata Wahab, saat ditemui di rumah, Sabtu (1/5).

Sedangkan tugas bendahara, menurut Wahab, hanya mengelola anggaran, bukan mengerjakan sesuatu yang bukan ranahnya. "Saya rasa kurang pas seperti itu. Oleh karena itu, saya istirahat menjadi ketua panitia pembangunan musala. Dan masyarakat sudah mengetahui keputusan saya ini," bebernya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Setelah Sempat Dikeroyok, Seorang Pemuda Tewas

Kamis, 28 Maret 2024 | 08:00 WIB

Tim Gabungan Kembali Sita Puluhan Botol Miras

Selasa, 26 Maret 2024 | 16:40 WIB
X