Barongsai Dimainkan Lintas Suku dan Agama

- Senin, 23 Januari 2023 | 13:12 WIB

Perayaan Imlek 2574 Kongzili di Palangka Raya berlangsung meriah. Setelah hampir tiga tahun vakum akibat pandemi Covid-19, tradisi yang turun-temurun dirayakan masyarakat Tionghoa itu kini dijalankan kembali. Aksi barongsai digelar di halaman Vihara Avalokitesvara.

 

ANISA B WAHDAH-IRPAN JURAYZ, Palangka Raya

 

GEMURUH pukulan tambur diiringi kenong dan gemericik ceng-ceng terdengar riuh di Vihara Avalokitesvara, Jalan Tjilik Riwut Km 9, Palangka Raya, Sabtu malam (21/1). Setelah tiga tahun vakum, kesenian barongsai kembali mengiringi pergantian Tahun Baru Cina atau Imlek 2574 Kongzili yang jatuh pada Minggu (22/1).

Dua barongsai jenis fat san berwarna hijau dan mok san berwarna kuning memasuki area atraksi, selepas pelaksanaan ibadah menyambut malam sebelum Imlek, Sabtu malam (21/1). Penonton antusias menyambut kedatangan tim yang akan memainkan barongsai. Ada beberapa laki-laki dan perempuan pemain barongsai dan pemusik. Di antaranya Jimmy, Jeanny, Arfan, Lela, Yepta, Iwan, David, Abida, dan Catur Irawan.

Pelatih barongsai Jimmy Prasetya mengatakan, barongsai merupakan ciri khas kegiatan yang dilaksanakan oleh warga Tionghoa, terlebih pada perayaan Imlek. Terasa kurang meriah tanpa kehadiran barongsai. Seperti perayaan tahun baru pada 2021 dan 2022 lalu akibat adanya pandemi Covid-19.

Tahun ini, atraksi barongsai dipertontonkan kembali, meski tidak semeriah sebelum bencana pandemi. Pada perayaan Imlek di Vihara Avalokitesvara kali ini, hanya ada dua jenis barongsai yang dipertontonkan.

Bukan tanpa alasan. Selama kurung waktu dua tahun belakangan, para pemain mulai berkurang. Ada beberapa pemain yang pulang ke kampung di Pontianak dan Medan. Ada juga yang harus me-refresh gerakan-gerakan dan latihan otot untuk bisa beratraksi kembali. Tak hanya itu, tahun ini para pemain barongsai hanya melakukan atraksi lantai. Berbeda dengan sebelumnya yang menggabungkan atraksi lantai dan di atas meja.

“Dulu kami memainkan tiga hingga empat barongsai, sekarang ini personel makin kurang karena ada yang pulang kampung, beberapa personel harus latihan ulang setelah dua tahun vakum,” kata pria yang biasa disapa Chun-Chun ini.

Ada sembilan orang yang bermain kesenian ini. Empat orang atraksi dan lainnya bermain musik. Pemain barongsai tidak dibatasi hanya untuk warga Tionghoa atau umat Buddha. Siapa saja bisa ikut beratraksi, tanpa memandang latar belakang suku dan agama.

“Di antara pemain barongsai, hanya saya yang warga Tionghoa dan beragama Buddha, selebihnya ada yang beragam Islam dan Kristen, atraksi ini dimainkan oleh pemain dari berbagai suku dan agama,” ucap pria yang lahir di Banjarmasin, 24 Maret 1994.

Sebelum barongsai ditampilkan, terlebih dahulu harus disembahyangkan, baik barongsainya maupun pemain. Untuk barongsai dilakukan pai-pai, sementara pemain melakukan sembahyang sesuai kepercayaan masing-masing.

“Barongsai berlindung di vihara ini, sehingga terlebih dahulu harus disembahyangkan (pai-pai), memang untuk perawatan khusus tidak ada, tetapi ada tempat khusus untuk menyimpan barongsai ini,” ucap pria yang bermain barongsai jenis mok san.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Perumahan Dinas Guru di Katingan Jadi Arang

Rabu, 17 April 2024 | 12:57 WIB

Pantai Sungai Bakau Perlu Tambahan Fasilitas

Minggu, 14 April 2024 | 15:00 WIB

Warga Serbu Pusat Perbelanjaan di Kota Sampit

Minggu, 14 April 2024 | 10:26 WIB
X