Pembunuhan karena Dendam dalam Kacamata Psikolog

- Senin, 10 Oktober 2022 | 13:37 WIB
Pelaku
Pelaku

Melihat kasus Utuh Zenith yang membunuh karena sakit hati ini, Ahli Psikologi juga merupakan dosen di IAIN Palangka Raya Gerry Olvina Faz M Psi berpendapat bahwa tindakan pelaku bukan hanya didasarkan fenomena pembulian, namun ada faktor lainnya.

“Saya harap jangan sampai melalui penjelasan pelaku bahwa sering mendapatkan pembullyan dapat menggiring opini bahwa tindakan yang diambil pelaku merupakan pembenaran, akan terjadi kembali dikemudian hari," ucapnya Gerry.

Melalui penjelasan Gerry korban pembullyan biasanya memunculkan perilaku rasa tidak percaya diri yang kuat, merasa tidak berharga, tidak memiliki kendala atas diri sendiri, dan merasa terintimidasi apabila berdekatan dengan pembully. Namun yang dilakukan pelaku bertolak belakang dengan melakukan perlawan hingga tindakan kekerasan yang merenggut nama seseorang. Gerry melihat bahwa tindakan pelaku tidak menggambarkan sebagai korban pembullyan.

Gerry juga menyimpulkan, tindakan pelaku menggambarkan bahwa ia memiliki permasalahan dalam pengendalian diri dan emosi. "Melihat caranya, saya rasa jelas pelaku memliki masalah terhadap pengendalian diri dan pengendalian emosi," ucap Gerry.

"Sebenarnya gini ketika kita dibully orang kamu punya pilihan banyak banget, pilihannya satu kamu menghindari orang tersebut, kedua kalau dia ngebully kamu kamu jawab balik bales gitu, ketiga kalau kamu dibully sama dia begitu ya Terus kamu tidak suka kamu bisa ungkapkan bahwa tolong dong jangan kata-katai saya seperti itu Saya tidak suka, maksud kita terbuka atau yang berikutnya bisa juga kamu berperilaku sebagai korbankamu menjadi diam jadi intimidasi terus kemudian ada seterusnya terakhir misalnya bisa jadi kamu dendam dan satu ketika dia lengah dan kamu bunuhin tuh, jadi gitu macam-macam pilihan yang bisa diambil,” terangnya.

 “Dalam situasi tersebut, walaupun dalam kemalangan yang menimpa kita sebenarnya itu enggak boleh menjadi sebuah pembenaran begitu atas pembunuhan dilakukan oleh si tersangka, dan juga dia bukan pada posisi yang terancam ya sehingga dia enggak ada pilihan lain kecuali membunuh begitu untuk menyelamatkan dirinya," tambahnya.

Gerry juga menambahkan bahwa jangan sampai narasi pelaku karena mendapatkan bully akan memunculkan bahwa statment bahwa tindakannnya karena ada pemicu. Terkait motif ia berpendapat bahwa ini ranah kepolisian untuk mendalami lebih lanjut. Karena menurutnya pelaku akan mengatakan pembenaran agar bisa mendapatkan keringanan hukuman.

“Jangan sampai terkesan keluarga korban adalah keluarga pembuli, hanya dari statemen pelaku, karena pelaku pasti akan mencari pembenaran, makanya dia akan mengatakan apapun yang dapat meringankannya,” ucap Gerry. Gerry juga menekankan kalau diperdalam, perlu diperdalam terkait hubungan antar korban dan pelaku. Karena perlu adanya pendalam terkait ini benar-benar korban pembulian atau tidak.

“Melihat dari perencanaan yang dilakukan korban ini bukan bentuk dari reaksi spontan saja atau situasi mendesak, tapi sekali lagi terkait motif sepertinya itu bukan tugas dari saya dan ini tugas yang berwenang untuk mendalam situasi tersebut,” ucap Gerry.

“Usia pelakunya udah usia 30 tahun lebih, ini bukan usia remaja yang tidak mampu untuk menghandle dirinya sendiri. Saya rasa itu usia yang cukup dewasa, kalaupun itu memang terjadi berarti ada yang salah pada dirinya, sehingga melakukan pembunuhan berencana, dan sekali lagi itu kewenangan yang berwajib untuk mendalami, Jadi sebaiknya jangan berasumsi terlebih dahulu, sampai ada pemeriksaan mendalam terhadap pelaku. Yang artinya nggak cukup dari pengakuan dia sebagai korban bully,” ucap Gerry.

Dalam konteks pengendalian diri Gerry yang juga Dosen Psikologi ini juga memberikan bagaimana bisa mengatasi permasalahan tersebut agar tidak melakukan tindakan yang melawan hukum dan norma. Karena kembali lagi setiap orang memiliki opsi misalkan menjauh dari pelaku pembully, kedua berbicara baik-baik bagaimana pembully tidak mengulangi kata-katanya, dan menghindari kontak terhadap pelaku pembully tersebut. Atau terdapat pada diri kita sendiri untuk evaluasi diri.

 “Sebenarnya kita punya kendali penuh gitu terhadap diri, tubuh, pikiran dan perasaan kita jadi kalau tips terhindar agar enggak dendam, yang pertama kamu kenalin dulu diri kamu sendiri. Apakah dekat dengannya kita merasa gimana gitu atau merasa jelek ya kita kurangin saja berinteraksi dengan orang tersebut,” katanya.

"Atau kita perlu introspeksi diri, ternyata hampir kesemua orang sikap kita seperti itu, seperti tidak senang mendengar keberhasilan orang, pencapaian seseorang apabila mendengar itu kita tersinggung, jadi ada yang salah terhadap diri kita sendiri,” pungkasnya. (**) 

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Tujuh Daerah di Kalteng Ini Terima Teguran KPK

Jumat, 26 April 2024 | 10:45 WIB

Infrastruktur di Pedalaman Katingan Memprihatinkan

Minggu, 21 April 2024 | 14:00 WIB
X