ISPA di Banjarmasin Makin Parah, Opsi Belajar Daring Ditolak DPRD

- Rabu, 13 September 2023 | 11:56 WIB
PAKAI MASKER: Tampak langit Banjarmasin yang kelabu akibat kabut asap kiriman. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN
PAKAI MASKER: Tampak langit Banjarmasin yang kelabu akibat kabut asap kiriman. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

Mengacu data Dinas Kesehatan Kalsel, Banjarmasin menjadi penyumbang tertinggi kasus ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) di provinsi ini. Mencapai 36.082 kasus.

Bandingkan dengan Martapura (26.237 kasus) dan Banjarbaru (22.910 kasus). Padahal, Banjarmasin bukan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Selama ini Banjarmasin juga hanya menerima kabut asap kiriman dari daerah tetangga.

Plt Kepala Dinkes Banjarmasin, M Ramadhan melihat, jumlah penderitanya bisa lebih banyak karena populasi penduduk yang juga besar. “Jadi, kasusnya pun juga banyak,” ujarnya (12/9).  Kembali pada data di atas, itu merupakan akumulasi sejak Januari sampai Agustus 2023. Selama Agustus, ada 5.896 kasus ISPA di Banjarmasin. Atau naik 906 kasus dibanding Juli.

Ramadhan meminta perhatian, sebab dari 5 ribuan kasus itu, paling banyak penderita anak-anak. Anak usia di bawah 5 tahun sebanyak 1.345 kasus dan anak 5-9 tahun sebanyak 936 kasus.

Tidak sedikit pula lansia yang menjadi penderita ISPA. “Usia 60 tahun ke atas ada 688 kasus,” sebutnya. Patut diperhatikan, angka penderita ISPA di Banjarmasin saat ini sudah hampir mendekati angka total penderita ISPA sepanjang 2022. Tahun kemarin mencapai 41.120 kasus. 

Dinkes pun meminta masyarakat untuk mengenakan masker saat beraktivitas di luar ruangan. “Perbanyak air putih, minum vitamin, dan istirahat yang cukup,” sarannya. “Masing-masing kepala puskesmas juga sudah diminta mengedukasi ke sekolah di masing-masing wilayah,” ujarnya. 

Sebelumnya pada 23 Agustus lalu, Dinkes menerbitkan surat edaran (SE) tentang kewaspadaan dini terhadap ISPA. Dalam surat nomor 400.7.8.3/320/P2P/Dinkes itu diperingatkan, ISPA berpotensi menjadi pandemi atau kejadian luar biasa (KLB). “Penetapan KLB itu ranah Pemprov Kalsel,” tukasnya. Dan ia khawatir melihat karhutla yang kian masif. “Banjarmasin itu hanya terimbas asap. Di sini bukan lokusnya karhutla,” pungkasnya. 

Terpisah, Direktur Utama Rumah Sakit Sultan Suriansyah, M Syaukani mengatakan kabut asap ini berbahaya sekali bagi anak-anak. “Secara anatomi, saluran pernapasan anak-anak itu lebih kecil. Lebih rentan,” ucapnya. Ditambahkannya, ISPA bisa saja menyebabkan kematian. “Apabila tak ditangani akan menyebabkan pneumonia atau radang paru-paru. Ini bisa menyebabkan kematian,” ungkapnya.

Maka untuk mencegahnya, ketika muncul gejala awal seperti demam, batuk, pilek, dan radang tenggorokan, segera ke puskesmas untuk diobati. “Bila sampai sesak napas, maka harus segera ditangani rumah sakit. Itu terjadi karena kadar oksigen dalam tubuh menurun,” tutup Syaukani.

DPRD Tolak Opsi Belajar Daring

DINAS Pendidikan Kota Banjarmasin bersiap dengan skenario terburuk. Ketika kabut asap kiriman semakin pekat dan mulai mengganggu kesehatan siswa dan guru. 

Kepala Disdik Banjarmasin, Nuryadi mengatakan, sekolah-sekolah bisa saja ditutup untuk sementara waktu. Hingga anak-anak kembali belajar daring di rumah, sama seperti pandemi covid lalu. “Kalau polusi udara tambah parah, mau tidak mau kita kembali PJJ (pembelajaran jarak jauh),” kata Nuryadi (12/9). Skenario ini bahkan sudah disampaikan lewat surat imbauan yang disebar ke seluruh sekolah. 

Poin-poin penting dalam surat itu, pertama, siswa dan guru diminta selalu menggunakan masker di sekolah untuk meminimalisir risiko ISPA (infeksi saluran pernapasan akut).

Kedua, kurangi kegiatan siswa di luar ruangan yang tidak terlalu penting.  Ketiga, memastikan sirkulasi udara di kelas tetap lancar. Terakhir, sekolah diminta menghindari pembakaran sampah. “Itu yang kami tekankan, sekolah cukup mengacu pada imbauan tersebut. Tetapi kalau sudah parah, mereka tahu apa yang harus dilaksanakan,” tambahnya. 

Namun, skenario belajar daring ini ditolak oleh Sekretaris Komisi IV DPRD Banjarmasin, Mathari. “Wah, tidak sampai segitunya juga,” kata politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut.

Diingatkannya, saat wabah corona, sebagian besar orang tua juga bekerja dari rumah (WFH). Maka mereka punya waktu untuk menemani putra putrinya belajar daring.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X