“Kepala Demang Lehman Bukan Pajangan”

- Senin, 24 Juli 2023 | 12:31 WIB

PENELITI sejarah di Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kalsel, Wajidi Amberi berulang kali mengucap syukur. Ia menganggap pemulangan 472 artefak dari Belanda ke Indonesia itu sebagai kabar gembira. “Memang sudah selayaknya dikembalikan. Itu adalah identitas budaya dan sejarah kita di masa lampau,” ujarnya kepada Radar Banjarmasin, Selasa (11/7). 

Wajidi menegaskan, Belanda merampas dan menjarah. Jangan dianggap sebaliknya, Indonesia yang menyerahkannya secara cuma-cuma. Berbicara tentang artefak yang berasal dari Kalsel, sejauh ini yang bisa disaksikan langsung hanya berupa koleksi arsip atau surat-surat atau penting. Misalnya, surat perjanjian antara Kesultanan Banjar dengan Belanda. “Itu pun, hanya tiruan. Bukan surat-surat asli,” tegasnya. 

Kalau pun asli, hanya beberapa saja. Misalnya beberapa senjata yang kini disimpan Museum Nasional di Jakarta. Selama bertahun-tahun, Pemprov Kalsel berharap Belanda mau mengembalikan tengkorak pahlawan Perang Banjar, Demang Lehman. “Informasi yang saya terima, tidak hanya kepala Demang Lehman saja, tapi ada juga kepala Penghulu Rasyid,” ungkapnya.

“Namun yang terdata sejauh ini dan menjadi katalog museum anatomi di Leiden itu cuma kepala Demang Lehman,” tekannya.  Bagaimana bila ternyata bagian tubuh pahlawan Banjar itu dikembalikan? Wajidi menjawab, tentu tidak akan dipajang di museum.

“Kita perlakukan beliau sebagai pahlawan. Kita makamkan di tempat terhormat. Bukan dijadikan benda pajangan untuk museum. Apalagi tubuh manusia, yang harus diperlakukan secara layak,” tekannya. Tak habis sampai di situ, Wajidi juga menginginkan agar Belanda mengembalikan regalia Kesultanan Banjar.

Seperti yang diketahui, pada 1960 Kesultanan Banjar dihapus secara sepihak oleh Hindia Belanda. “Salah satunya dengan membakar regalia kesultanan. Tapi saya meyakini, sebagian regalia itu disita kemudian dibawa ke Belanda,” yakinnya. Seperti apa persisnya regalia (tanda atau lambang penguasa) yang dimaksud, Wajidi mengaku belum mengetahuinya, “Untuk memastikan, tentu harus ada komunikasi antara pemerintah Indonesia atau Pemprov Kalsel dengan museum Belanda.”

Andaikan nanti dipulangkan, apakah pemprov siap menyimpannya? “Tentu harus ada kemananan yang memadai di museum. Jangan sampai justru tak pandai merawat. Kami akan antisipasi dan menyiapkan diri untuk mampu menjaga warisan budaya itu,” jaminnya. (ris/war/gr/fud)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X