Ribuan Cerita di Museum Balanga

- Minggu, 27 Juni 2021 | 00:43 WIB

TATA cara kehidupan orang Dayak di Kalimantan Tengah (Kalteng) zaman dahulu terlukis di Museum Balanga. Bangunan yang terletak di Jalan Tjilik Riwut Km 2, Kota Palangka Raya menyimpan sejarah. Nama Balanga sendiri diambil dari nama koleksi guci unggulan museum.

Benda-benda terkait dengan kehidupan orang Dayak itu dipajang dan gambarkan lengkap. Mulai dari benda-benda yang menunjukkan kehidupan orang Dayak mulai menikah, hamil, melahirkan, dan bekerja, hingga kematian. Ada ribuan benda yang dikategorikan dalam 10 kelompok dan disimpan serta dipelihara di museum ini. Kategori itu antara lain, geologika, biologika, atnografika, arkeologika, historika, numinmatika, filologika, keramologika, seni rupa, dan teknologika.

Museum Balanga dibangun oleh Pemerintah Provinsi Kalteng pada tahun 1972 dan diresmikan 6 April 1973. Kemudian berjalannya waktu dan dengan berlakunya UU Nomor 41 tahun 2007 tentang Efisiensi Penyelenggaraan Pemerintahan Negara dan dikeluarkannya Peraturan Daerah Kalteng Nomor 64 tahun 2008, maka museum berada di bawah koordinasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Sejak itulah Museum Balanga berstatus unit pelaksana teknis, dengan nama UPT Museum Balanga Kalteng.

"Dinamai Museum Balanga, diambil dari koleksi guci unggulan museum,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng Guntur Talajan yang saat itu menemani Kalteng Pos melihat seluruh koleksi Museum Balanga, belum lama ini.

Jumlah keseluruhan koleksi di museum mulai dari guci, alat perikanan, pakaian perkawinan, kesenian, dan lainnya, ada sekitar 4.254 benda. Termasuk barang-barang atau senjata yang diamankan pada saat konflik antarsuku yang pecah di Sampit medio 2001 dulu.  

“Apa yang ada di dalam museum ini menjadi pembelajaran dan edukasi untuk masyarakat Kalteng, terutama generasi ke generasi,”sebutnya. 

Sementara itu, lanjutnya, salah satu benda yang paling banyak disimpan di museum adalah Balanga. Balanga sendiri bernilai tinggi. Sebab tidak semua orang atau keluarga yang bisa menyimpan atau membelinya. Hal ini juga menandai status sosial tinggi, martabat, terhormat, pandang di tengah masyarakat.

Bagi yang memiliki Balanga, nilai-nilai sosial dan sejarahnya lebih dari harta intan dan emas. Derajat sosialnya pada zaman dulu saat acara kawin adat. Di dalam adat, pihak mempelai laki-laki wajib menyerahkan balanga kepada mempelai perempuan. “Di situ kelihatan, muncul tingginya martabat orang Dayak Kalteng,” ujarnya.

 

Sementara itu di tempat berbeda, Tenaga Ahli Cagar Budaya, Gauri Vidya Dhaneswara menambahkan, di dalam Museum Balanga juga memajang senjata tradisional Dayak, yakni Mandau. Menurut pria kelahiran tahun 1989 ini, berdasarkan konteks ilmu metalurgi, mandau diperkirakan sudah digunakan orang Dayak sekitar tahun 1.000 masehi. Mandau umumnya berukuran lebih 50-70 cm atau seukuran dengan duhung senjata pusaka khas Dayak lainnya.

“Ukuran itu juga terkait dengan kualitas besi yang ada di tanah Dayak awalnya,” ujarnya lagi.

Namun sejalan dengan makin berkembangnya pengetahuan ditambah mulai adanya hubungan perdagangan antara masyarakat Dayak dengan dunia luar, maka mulailah masyarakat Dayak bisa membuat senjata mandau yang lebih besar dan lebih panjang. “Mungkin sekitar tahun 1.800 akhirlah,” ujar pemilik gelar Sarjana Antropologi Budaya di Universitas Gajah Mada (UGM) ini. Gauri menambahkan, mandau juga ditemani dengan langgai atau pisau kecil yang ada pasang di sarung Mandau.

“Rata-rata mandau itu memang ada langgeinya,” jelasnya lagi.

Dikatakan Gauri juga bahwa di dalam pemahaman filosofi masyarakat adat Dayak dahulu, mandau merupakan senjata pusaka yang tidak boleh dipergunakan secara sembarangan. Berbeda halnya dengan penggunaan pisau ambang atau parang. Selain itu mandau juga dipercaya tidak boleh diasah karena pada awalnya mandau memang sudah tajam dari awalnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Perumahan Dinas Guru di Katingan Jadi Arang

Rabu, 17 April 2024 | 12:57 WIB

Pantai Sungai Bakau Perlu Tambahan Fasilitas

Minggu, 14 April 2024 | 15:00 WIB

Warga Serbu Pusat Perbelanjaan di Kota Sampit

Minggu, 14 April 2024 | 10:26 WIB
X