Idealisme Mutiah

- Minggu, 16 Oktober 2022 | 11:10 WIB
Mutiah
Mutiah

DIA anak bungsu. Lulus SMP, memilih berpisah dari orang tua. Niatnya, melatih diri supaya mandiri. Usahanya berhasil. Walau sendiri, dia bisa mempertahankan prestasi juara kelas dan menjadi putri pariwisata.

Namanya adalah Tahta Mutiah Nurhidayah. Lahir di Parepare, 14 September 2005. Ayahnya birokrat tulen, ibunya dosen. Sudah biasa hidup berpindah-pindah. Saat TK, orang tua Mutiah pindah ke Jakarta. Beranjak SD pindah ke Kabupaten Tanah Bumbu.

Latar belakang akademis ibunya mempengaruhi cara pandangnya. Walau ayahnya pejabat daerah, Mutiah tidak suka diperlakukan lebih. “Orang tua saya mendidik untuk hidup sederhana,” ujarnya kepada Radar Banjarmasin, (14/10).

Masa kecil dia habiskan di Tanah Bumbu. Di sekolah Mutiah begitu menonjol. Langganan juara kelas. Penyuka travelling itu lalu memutuskan merantau ketika lulus SMP. “Saya mau sekolah di Banjarmasin. Supaya bisa mandiri,” ujarnya.

Awalnya mereka berat melepas, tapi Mutiah kukuh. Dia ingin mengikuti jejak kakak perempuannya yang sukses menjadi dokter. “Saya mau masuk IPDN. Syarat masuk itu, maka SMA harus mandiri,” jelasnya. Karena cita-cita menjadi birokrat sudah tak bisa diubah lagi, orang tua pun menyetujui.

Awalnya, Mutiah juga kesulitan. Terbiasa mengobrol dengan keluarga di rumah, sekarang tinggal sendiri. “Berat sekali. Tapi bagaimana lagi, sudah pilihan,” ucap Putri Wisata Tanah Bumbu 2022-2023 itu.

Dia memilih SMAN 1 Banjarmasin. Termasuk sekolah favorit di Kalsel. Masuk ke sana harus melalui tes yang ketat. Tinggal di kota besar dan jauh dari pengawasan orang tua, niatnya menjadi benteng yang kokoh. Mutiah tetap menjaga diri.

“Sesekali saja nongkrong. Sisanya belajar. Saya terus ingat cita-cita. Terus ingat kenapa saya memilih pisah dengan orang tua,” bebernya. 

Ucapan itu dibuktikan, Mutiah masih langganan juara kelas. Prestasi akademiknya mengkilap. Di tengah era digital, kenapa anak semuda ini tertarik menjadi birokrat? Pertama karena sosok ayahnya, Ambo Sakka yang menjabat Sekda Tanbu.

Ambo dikenal sebagai birokrat tulen. Nggak neko-neko. Menjauhi politik. Bekerja lurus-lurus saja. “Saya mau menjadi pemimpin. Memperbaiki kualitas kehidupan,” tegasnya. Menurut Mutiah, para pejabat pemerintah menjadi penentu baik buruknya kehidupan di masyarakat.

Dia berharap, niatnya tidak berubah. Dan di kemudian hari, diberi kesempatan dan kemampuan untuk memperbaiki birokrasi di negeri ini.

“Anak muda saya pikir harus memikirkan masa depan. Nongkrong gak masalah. Tapi jangan lupa, ada masa depan yang harus dikejar,” pungkasnya. (zal/gr/fud)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB

Komedian Babe Cabita Meninggal Dunia

Selasa, 9 April 2024 | 09:57 WIB
X