Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina, menjelaskan, mendata anak-anak yang putus sekolah itu dirasakan perlu. Alasannya, karena program tersebut lebih banyak menyasar anak di fasilitas pendidikan.
Baik yang berada di bawah naungan Dinas Pendidikan (Disdik) Banjarmasin maupun Kementerian Agama (Kemenag) Banjarmasin.
“Capaian imunisasi anak sekolah di bawah naungan disdik sudah mencapai 90 persen. Jadi sudah saatnya anak yang putus sekolahjuga didata dan diperiksa,” harapnya, usai menggelar rapat koordinasi evaluasi program BIAN, belum lama tadi.
Senada, Ketua Tim Penggerak PKK Banjarmasin, Siti Wasilah, melihat capaian yang ada kini, dirinya mengaku cukup menyayangkan.Terlebih, bila melihat posisi Kota Banjarmasin, yang masuk dalam urutan kedua terendah capaian BIAN se-kabupaten dan kota yang ada di Indonesia.
“Tapi tak dipungkiri, target sasaran pemko juga sangat besar. Seiring dengan jumlah penduduk yang banyak,” tuturnya.
Maka dari itu, dalam waktu yang tersisa hingga berakhirnya program tersebut pada 13 September mendatang, dia berharap target dapat tercapai.
Ada pun upaya lain yang bisa dilakukan, Wasilah menyatakan sosialisasi masyarakat perlu ditingkatkan.Di samping melakukan pendataan, perlu adanya penyampaian surat ke rumah warga, disertai selebaran yang berisi informasi tentang manfaat dari imunisasi anak.
“Stiker itu bukan stigmatisasi. Tetapi, sebagai pesan moril bagi keluarga. Bahwa di situ ada anak yang belum mendapatkan haknya untuk diimunisasi,” tekannya.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Banjarmasin, M Ramadhan, mengakui capaian program BIAN masih cukup rendah.“Tapi dari sisa waktu yang ada, kami akan mencoba memaksimalkan,” ujarnya.
Ramadhan menyebut, salah satu faktor utama penyebab rendahnya capaian itu, karena jumlah sekolah dan jumlah anak di sejumlah kawasan memang tidak banyak. Khususnya, di kawasan tempat berdirinya puskesmas. (war)