Susur Sungai Naik Kelas, Nikmati Matahari Tenggelam di Muara Sungai Barito

- Senin, 31 Januari 2022 | 10:19 WIB
SILUET: Menikmati sunset tak harus ke bibir pantai atau ke puncak gunung, di muara sungai pun bisa. Foto diambil di Sungai Barito. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN
SILUET: Menikmati sunset tak harus ke bibir pantai atau ke puncak gunung, di muara sungai pun bisa. Foto diambil di Sungai Barito. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

Sensasi menyaksikan matahari tenggelam di atas kapal pesiar seperti di Labuan Bajo dan Bali, diadopsi guide lokal di Kota Banjarmasin. Naik kelotok, wisatawan diajak menikmati suasana itu di muara Sungai Barito.

– Oleh: WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin

Ketika tiba di muara sungai, kelotok yang membawa 11 wisatawan itu berhenti. Diam, dibiarkan terombang-ambing dihantam ombak kecil. Agar kelotok masih bisa dikendalikan, motoris membiarkan mesin tetap menyala. Ketika langit sudah menyemburatkan warna kuning keemasan, wisatawan yang duduk di atas atap kelotok mulai mengarahkan gawainya ke langit. Mengabadikan sang surya yang sore itu perlahan kembali ke peraduan.

Tak sedikit pula yang berswafoto dengan latar belakang matahari tenggelam itu. Meski yang dihasilkan hanya foto siluet, tapi wisatawan tampak tersenyum puas. Ya, bisa menyaksikan pemandangan berupa matahari yang tenggelam di alam terbuka, tanpa ada penghalang seperti atap ruko atau kabel listrik adalah momen yang istimewa.

Seperti yang diungkapkan Edo. Ia mengaku tak mengira bisa menyaksikan pemandangan sunset di atas sungai. “Ternyata tak kalah dengan menyaksikan sunset di bibir pantai,” ungkap warga Jalan Kuripan, Banjarmasin Timur itu. “Kalau menyaksikan pemandangan ini dari atas jembatan atau gedung, kemungkinan masih terganggu dengan bising suara kendaraan bermotor. Berbeda dengan di sini. Tenang sekali,” tambahnya.

Senada dengan Novi. Saking antusiasnya menangkap momen tersebut, ada 493 file baik foto maupun video yang dihasilkannya. “Keasyikan…. Ini menyenangkan. Saya kira bagus untuk penyembuhan jiwa. Membebaskan diri sejenak dari rutinitas kerja. Menikmati keindahan ciptaan Tuhan,” pujinya.

Pemandangan matahari tenggelam di muara Sungai Barito bisa disaksikan selama hampir setengah jam. Inilah refreshing yang coba ditawarkan seorang guide lokal, Adi Murdani. Ia menyulap rute susur sungai menjadi tidak biasa. Misalkan berputar-putar di Sungai Martapura dengan rute Jembatan Dewi hingga Jembatan Pasar Lama.

Adi memilih rute sendiri. Berangkat dari dermaga Siring RE Martadinata, menyusuri Sungai Martapura, melintas di bawah Jembatan Basirih hingga tiba di muara Sungai Barito. Setiba di muara, wisatawan diajak bersantai di tengah sungai. Menyaksikan pemandangan berupa panorama matahari tenggelam.

“Saya ingin agar wisatawan susur sungai tidak hanya menyaksikan pemandangan yang itu-itu saja. Harus ada hal lain yang bisa diperlihatkan,” ujarnya, Minggu (23/1). Yang dirasakan penulis adalah rute lama, jarak tempuhnya setengah jam. Sebenarnya ada rute baru dengan jarak lebih jauh dan lama.

Yakni dari Sungai Martapura menyusuri Sungai Kuin, lalu ke muara Sungai Barito untuk melihat sunset. Disambung dengan Sungai Alalak, lalu berhenti dan menikmati suasana malam dengan latar Jembatan Sungai Alalak (Jembatan Basit) yang menyala sempurna.

“Rute itu khusus untuk hari Sabtu. Karena setahu saya, hanya pada Sabtu malam lampu Jembatan Basit menyala sempurna,” jelasnya. “Jangan khawatir terlewat salat maghrib. Karena kita juga singgah di masjid bersejarah di Alalak Tengah. Yakni Masjid Tuhfaturroghibin atau yang biasa dikenal dengan sebutan Masjid Nenas,” tambahnya.

Adi perlu berbulan-bulan survei untuk menemukan kedua rute ini. Dari menentukan rute terpendek dan terjauh, menghitung waktu tempuh, hingga memperkirakan titik-titik terbaik untuk persinggahan wisatawan. “Kalau tidak disurvei, bisa luput. Pas sampai, tahu-tahu mataharinya sudah tenggelam. Atau, malah berhenti di tempat yang pemandangannya terhalang,” jelasnya.

Adi memang piawai dalam hal memanjakan wisatawan. Contoh, ia bisa memilih musik yang pas untuk diputar di atas kelotok. “Suasana seperti ini ada di kapal pesiar di Labuan Bajo atau Bali. Wisatawan diajak melihat pemandangan matahari tenggelam sembari menikmati alunan musik. Ini pula yang saya tawarkan di sini,” jelasnya.

“Tapi di sini, dibikin berbeda dengan mengangkat kearifan lokal. Dengan transportasi berupa kelotok, ternyata tak kalah mengasyikan,” tekannya. Matahari sore itu hampir sepenuhnya tenggelam. Langit perlahan menggelap. Sebaliknya, senyum wisatawan semakin merekah.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X