Upaya Penyelamatan Bekantan di Pulau Curiak

- Selasa, 18 Januari 2022 | 13:17 WIB
PUSAT KONSERVASI: Inilah stasiun riset dan konservasi bekantan dan mangrove di Pulau Curiak. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN
PUSAT KONSERVASI: Inilah stasiun riset dan konservasi bekantan dan mangrove di Pulau Curiak. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

Kiprah Amalia Rezeki dalam pelestarian bekantan sudah tak diragukan lagi. Dia meyakini, satu-satunya cara menyelamatkan satwa endemik Kalimantan itu dengan mempertahankan habitat aslinya.

– Oleh: WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin

DARI dermaga yang berada tepat di bawah Jembatan Barito, Kabupaten Barito Kuala, perahu mesin meluncur cepat membelah aliran Sungai Barito menuju Pulau Curiak.

Suara mesin perahu yang memekakkan telinga, membuat segerombolan burung yang bertengger di dahan dan ranting pohon di tepi sungai beterbangan.

Sama dengan seekor monyet berekor panjang berwarna kecokelatan. Melihat perahu kami, monyet itu bergegas kabur. Hingga hilang dari pandangan.

Kurang dari 14 menit, motoris memelankan laju perahu. Bunyi mesin pun perlahan meredam.

Setelah bersandar, tepat di belakang dermaga, berdiri sebuah bangunan kayu berkelir kecokelatan. Di tiap dindingnya tampak potret wajah bekantan. Dari bekantan muda hingga bekantan dewasa.

Bangunan itulah tujuan penulis. Basecamp sekaligus Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak.

Sabtu (15/1) siang itu, suasana Pulau Curiak sangat tenang. Angin berembus pelan. Suara burung terdengar bersahutan.

Diselingi suara bekantan yang menyembunyikan diri di antara rimbunnya pepohonan mangrove.

“Motoris di sini umumnya sudah paham. Ketika memasuki kawasan Pulau Curiak, mereka harus melambatkan laju perahunya. Sehingga bising suara mesin bisa ditekan,” ucap salah seorang pemandu, Zainuddin, seusai menyambut kedatangan penulis.

“Agar para bekantan tidak merasa terganggu,” jelasnya.

Pulau Curiak adalah sebuah delta di Sungai Barito. Berjarak sekitar 22 kilometer dari pusat kota Banjarmasin. Menurut Zainuddin, sedari dulu, pulau ini menjadi habitat asli bekantan. Tapi lantaran pulau ini tak terurus, bekantan menjadi sangat jarang ditemukan.

Imbasnya, bekantan justru kerap kali ditemukan di kawasan permukiman warga. Namun, semua itu berubah. Ketika tahun 2013 lalu, pulau ini mulai dijadikan pusat studi dan konservasi keanekaragaman hayati. Dilanjutkan pembangunan Stasiun Riset Bekantan, dengan tujuan sebagai wadah upaya perlindungan dan pelestarian bekantan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X