Guru Penggerak, Motor Reformasi Pendidikan

- Selasa, 23 November 2021 | 07:25 WIB
MENGAJAR: Calon Guru Penggerak Miseransyah saat mengajar di Sekolah SDN 1 Mahang Sungai Hanyar.
MENGAJAR: Calon Guru Penggerak Miseransyah saat mengajar di Sekolah SDN 1 Mahang Sungai Hanyar.

BARABAI- Guru memegang peran penting sebagai ujung tombak pendidikan. Untuk itu kualitas guru perlu diperhatikan. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi meluncurkan program Guru Penggerak. Program ini memberikan pelatihan kepada guru untuk meningkatkan level mengajar.

Calon guru penggerak di Hulu Sungai Tengah (HST), Miseransyah mengatakan, setiap guru harus memiliki aksi nyata. Dalam program guru penggerak ini setiap bulan mereka mengadakan lokakarya atau pertemuan membuat rencana aksi. “Ada festival panen raya guru penggerak yang menampilkan aksi-aksi nyata guru penggerak itu,” ujarnya, Senin (22/11).

Salah satu aksi nyata Miseransyah yakni membuat buku IMTIHAN Sekolah Dasar yang Mudah dan Bermanfaat. Buku ini sebagai pendamping dalam proses pembelajaran daring dan luring. “Buku ini merupakan benang merah pembelajaran daring dan luring,” kata Guru Pendidikan Agama Islam itu.

Buku pendamping itu berisikan panduan pembelajaran daring, yakni memberikan tugas melalui WA, Classroom, Google Form dan bahannya dari buku paket dan pendalaman materi atau aksi nyata berupa setoran hafalan yang materinya dari Buku IMTIHAN yang terpantau melalui buku pantau.

Ketika pembelajaran luring siswa membaca secara klasikal maupun individu, baik bacaan salat, doa harian, surat-surat pendek dan ayat-ayat pilihan. “Dengan adanya IMTIHAN ini saya optimis pembelajaran PAI yang bermakna bagi siswa yang diajarkan bisa berguna untuk mereka,” jelasnya.

Di HST ada 9 guru sedang mengikuti program ini. Mereka terdaftar sebagai angkatan kedua, masa pendidikannya sembilan bulan. Dimulai bulan April hingga Desember 2021 secara daring.

“Kegiatannya sebagian besar mengisi LMS (learning management system). Tugasnya terjadwal, jadi guru jangan sampai mengorbankan waktu mengajar di sekolah,” kata Kabid Guru dan Tenaga Pendidik, Dinas Pendidikan HST, Misran, kemarin.

Mereka mendapat materi dari tim fasilitator lewat zoom meeting. Sebulan sekali para guru dituntut untuk membuat lokakarya. Selain itu mereka juga harus membuat modul dengan menyesuaikan lingkungan sekolah.

Misalnya di sekolahnya tidak ada fasilitas internet. Maka modul pembelajaran harus menyesuaikan. “Ada program aksi nyata, jadi tergantung kreativitas guru membuat program pembelajaran yang cocok dengan lingkungan sekolah,” tambahnya.

Materi yang didapat guru penggerak yakni filosofi pendidikan, budaya positif di sekolah, diferensiasi dalam pendidikan, membuat RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) yang menyesuaikan karakteristik murid. Guru penggerak ini juga diharapkan menularkan ilmunya kepada rekan sejawat.

Hal Ini bagian dari prinsip merdeka belajar. Guru penggerak merupakan motor reformasi dalam dunia pendidikan. Caranya bisa sekadar sharing sesama guru, atau membuat komunitas praktisi di sekolah.
Program ini sangat bagus, sayangnya jumlah peserta terbatas.

“Tiap daerah tidak setiap angkatan dapat kuota guru penggerak. HST baru dapat di angkatan 2 dan 5. Angkatan 2 ada 9 guru, sedangkan angkatan 5 kuotanya 45 guru. Tapi sampai saat ini masih tahap seleksi,” bebernya.

Dinas pendidikan HST berkomitmen mendukung segala program untuk meningkatkan kualitas pendidik. Pihaknya juga mengevaluasi setiap guru yang mengikuti program ini. Tiap bulan mereka dievaluasi setelah menyampaikan aksi nyata di lokakarya.(mal)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X