Mangaruhi, Menangkap Ikan Tanpa Alat

- Selasa, 12 Maret 2019 | 09:39 WIB

SAMPIT – Mangaruhi atau menangkap ikan merupakan bagian kehidupan masyarakat Dayak. Umumnya tradisi mangaruhi dilakukan saat mendekati musim kemarau, saat volume air di sungai atau rawa surut. Cara menangkap ikan pun menggunakan tangan kosong. Namun, butuh keahlian dan teknik untuk menangkap ikan-ikan tersebut, apalagi ikan-ikan yang bertubuh licin mengeluarkan lendir seperti ikan haruan, tidaklah mudah. Tradisi ini juga sangat ramah lingkungan, karena tidak menggunakan bahan kimia, setrum, atau bahan peledak.

Sampai saat ini masyarakat masih melestarikan tradisi itu melalui perlombaan, seperti yang dilaksanakan di belakang Taman Miniatur Budaya Kotim kemarin (11/3).

Peraturan lomba ini, para peserta tidak diperbolehkan membawa alat tangkap apapun. Harus tangan kosong. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok. Sepuluh orang pertama langsung turun ke kolam yang tersedia, dan sepuluh lainnya membawa “bakul” sebagai tempat hasil tangkapan ikan tersebut. Bagi peserta yang berhasil menangkap ikan dengan jumlah banyak dan sesuai aturan yang ditentukan panitia, maka ia dikatakan menang. 

Tujuh peserta putra dari SMKN 1 Sampit memperoleh ikan haruan sejumlah 7 ekor. Meskipun hanya memperoleh ikan dengan jumlah sedikit, mereka tetap senang dan bersemangat telah turut serta memeriahkan acara mangaruhi. “Dari SMKN 1 Sampit, dapat tadi ada yang enam dan saya dapat satu saja, ya senang,” ucap Dendy Suryanto, siswa SMKN 1 Sampit.

Tak hanya siswa putra, dua siswi dari SMKN 1 Kotabesi pun juga mengikuti lomba mangaruhi. Meskipun hanya berdua, mereka tetap dikelompokkan dengan peserta putri lainnya. Mereka bersemangat menangkap ikan di lumpur. “Dapat empat tadi, dari SMKN 1 Kotabesi,” ungkap dua siswi SMKN 1 Kotabesi.

Di lokasi yang sama, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotim Fajrurrahman mengatakan, masyarakat zaman dulu mengajarkan cara menangkap ikan dengan cara tradisional tanpa bahan kimia atau peledak supaya tidak merusak lingkungan. ”Dulu ada ilmu mengeriau ikan. Ikannya berdatangan, karena ilmu yang dimiliki leluhur,” jelas Fajrurrahman.   

Ia juga mengatakan, juara 1, 2, dan 3 akan diikutsertakan dalam perlombaan Festival Budaya Isen Mulang di tingkat provinsi. Peserta lomba mangaruhi tahun ini mengalami peningkatan, yakni 100 peserta putra dan 70 peserta putri. Ikan yang disediakan adalah ikan haruan atau gabus sebanyak 85 kilogram.  (rm-97/yit)

 

Editor: sastro-Sastro Radar Sampit

Tags

Rekomendasi

Terkini

DPRD: Realisasi APBD Kotim tahun 2023 Lepas Target

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:40 WIB
X