TAHUN ini, kita kembali menyemarakkan Hari Pendidikan Nasional dengan tema “Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar” Dalam beberapa tahun terakhir, 24 episode Merdeka Belajar telah berupaya menjawab berbagai tantangan dalam ekosistem pendidikan Indonesia. Mulai pendanaan, kualitas pendidikan, infrastruktur, teknologi hingga keterlibatan berbagai pihak.
Namun, harapan saya, tahun ini adalah fokus kemerdekaan dua pemain kunci pada pendidikan Indonesia. Yaitu guru merdeka sejahtera dan murid merdeka dari dosa pendidikan.
Pertama, bagaimana guru bisa memberikan pengajaran yang maksimal jika kesejahteraannya saja masih di bawah standar? Karenanya, saya mendesak Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) agar menuntaskan kesimpangsiuran seleksi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) guru. Lalu, menyederhanakan mekanismenya dan mempererat koordinasi dengan pemerintah daerah (pemda). Jangan meminta guru menunggu lebih lama lagi. Selain itu, saya juga mendorong pemda agar menambahkan skema dana tunjangan guru.
Kedua, bagaimana siswa bisa belajar secara maksimal bila dirinya masih berada dalam kondisi yang tidak aman dari tiga “dosa” pendidikan (perundungan, intoleransi, dan kekerasan seksual)?
Maka, saya mendorong Kemendikbudristek untuk kembali mengevaluasi program pendidikan karakter dan regulasi terkait. Selain itu, saya mengajak pemda, organisasi persatuan guru, dan persatuan orangtua, untuk duduk bersama dan serta menyelesaikan persoalan tersebut. Itu adalah tanggung jawab kita bersama.
Dengan kemerdekaan guru dan murid dalam kegiatan belajar-mengajar, saya optimistis tujuan Merdeka Belajar akan tercapai dengan optimal. (rom/k15/kpg/udi)
*) Wakil Ketua Komisi X DPR RI
