Tarakan Bakal Darurat Air

- Selasa, 26 Februari 2019 | 10:14 WIB

TARAKAN - Pemasangan pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Alam di kawasan pegunungan memang sudah terpasang di sebagian tempat. Namun hal ini tetap dikeluhkan karena masyarakat yang tinggal di kawasan perbukitan baru dapat menampung air PDAM setelah pukul 24.00.

Kepada Radar Tarakan, warga RT 5 Kelurahan Pamusian, Kecamatan Tarakan Tengah, Januadi Rombe mengatakan, bahwa lokasi rumahnya lebih tinggi kira-kira 4 meter dari kawasan lingkungan tempat tinggal yang berada di bawah perbukitan. Untuk itu, penggunaan air pipa PDAM baru dapat diterima oleh Januadi  ketika tengah malam, yakni saat masyarakat lain sudah terlelap. “Jadi, kami baru bisa terima air tuh di atas jam 12 malam, di saat yang di bawah (masyarakat yang tinggal di bawah rumah Januadi) sudah enggak pakai PDAM,” keluhnya.

Meski telah dilakukan pemasangan pipa PDAM selama 5 tahun, namun pria yang akrab disapa Adi tersebut menyatakan kecewa lantaran tidak bisa menikmati aliran air PDAM 24 jam. “Bahasa kasarnya kami ini didiskriminasi. Tapi mungkin risiko juga tinggal di dataran tinggi,” ujarnya.

Bahkan, jika sedang menunggu aliran air PDAM, Adi sempat tertidur. Sehingga air PDAM yang mengalir pun biasanya sampai tumpah hingga merugikan dirinya ketika hendak membayar tagihan air. Untuk itu, Adi meminta iktikad baik dari PDAM agar segera mencarikan solusi terbaik bagi masyarakat yang tinggal di kawasan pegunungan, sehingga tidak mengalami adanya diskriminasi dari PDAM.

“Maunya sama rata, sama rasa. Wong bayarnya sama saja dengan yang lain, apalagi air ini kebutuhan utama dan masyarakat yang tinggal di atas dataran tinggi ini juga terbilang banyak, jadi tolong dimengerti,” tutupnya.

Sementara itu, salah satu masyarakat RT 28 Kelurahan Pamusian, Salpinus Ruru mengatakan bahwa sudah lama pemasangan pipa PDAM terpasang di kawasan Kampung Baru. Sejak itu pula pemasangan pipa PDAM belum dilakukan sampai sekarang di kawasan tempat tinggalnya.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, Salpinus harus selalu menampung air hujan, sehingga setiap rumah yang berada di atas pegunungan biasanya memiliki 1 atau 2 buah profil khusus yang mampu menampung air hujan. Sementara itu, memenuhi tersedianya air minum, Salpinus biasa membeli air profil.

“Kami juga mau pemasangan pipa PDAM di rumah kami, kan lumayan membantu buat mencuci. Kalau beli air profil kan lumayan mahal, kadang Rp 70 ribu atau 80 ribu tergantung jauh selangnya,” singkatnya.

Menanggapi hal tersebut, Direktur PDAM Tirta Alam Said Usman Assegaf mengatakan, bahwa saat ini ketersediaan air Embung Kampung Satu dan Kampung Bugis turun menjadi 30 persen. Embung Persemaian saja yang masih dapat mengalir namun dari 130 liter per detik air yang biasanya tersedia, kini Embung Persemaian hanya mencapai 70 liter per detik.

“Jadi ini sudah krisis berat. Kemarin itu masih bisa teralirkan, tapi sekarang sudah tidak bisa lagi. Saya sudah buat surat ke media dan wali kota bahwa Tarakan krisis air,” ungkapnya.

Selama ini ketersediaan air bersih di Kota Tarakan berasal dari curah hujan, sedang dalam 1 bulan ini tidak pernah hujan dengan intensitas tinggi. Embung perlahan mengering.

“Tidak ada jalan lain lagi (selain air hujan), memang kami tidak bisa berbuat apa-apa, kan selama ini kami hanya mengandalkan air hujan,” ujarnya.

“Pokoknya kalau hujan sudah tidak terjadi selama 1 bulan lebih, selesai. Kami cuma bisa tunggu hujan saja, biar pompa ada tapi airnya tidak ada ya bagaimana?” sambungnya.

Untuk itu, ketersediaan air saat ini sudah tidak mampu membawa aliran air sampai ke perbukitan. Sementara itu, akibat adanya hambatan di Embung Kampung Satu, maka ketersediaan air PDAM berdampak pada kawasan Mamburungan, Kampung Empat, Kampung Enam, Kampung Satu-Skip, RSUD, Ladang Dalam, Kusuma Bangsa dan Pamusian. Sedang instalasi Kampung Bugis, terdapat beberapa lokasi yang terganggu yakni Kampung Baru, Jalan Purnawirawan, belakang Kantor Pos, Jalan Matahari, dan sebagian Kampung Bugis.

“Jadi ada sebagian yang bisa mengalir, tapi tidak full karena instalasi berjalan tapi sudah turun dari 130 per detik, turun sampai ke angka 30. Kalau bisa normal 130 normal semua. Jadi sekarang ini dua embung kita krisis, kecuali Embung Persemaian,” jelasnya.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X