TANJUNG REDEB – Menurut data yang dimiliki Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Berau, ada 800 anak dengan kebutuhan khusus. Yang mana hal itu harus ada perhatian oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau.
Diakui oleh Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak DPPKBP3A Berau Nurjatiah, masih banyak anak yang berkebutuhan khusus harus saat ini perlu adanya perhatian. “Jika data yang kami miliki ada 800 anak, dan itu memang saat ini sedang kita prioritaskan untuk mendapatkan hak yang sama seperti anak pada umumnya,” ujarnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, saat ini pihaknya tengah mempersiapkan anak disabilitas untuk bisa mandiri terhadap dirinya sendiri. Ini merupakan upaya untuk menyiapkan mereka jika tidak lagi memiliki orang di sekitarnya.
"Saat ini kita tengah fokus memberikan perhatian lebih untuk menciptakan anak disabilitas bisa mandiri, dalam arti tidak mengajarkan mereka untuk tidak selalu ketergantungan terhadap orang lain termasuk orangtua" sambungnya.
Sementara, Sekolah Luar Biasa (SLB) Terpadu hanya ada di Tanjung Redeb saja, yakni di Jalan Durian II. Kondisi geografis Kabupaten Berau yang luas juga menjadi persoalan tentang pemerataan pendidikan bagi anak-anak disabilitas.
"Kedepan selain untuk meraih status Kota Layak Anak (KLA), Sekolah Ramah Anak itu harus include dengan inklusi," tuturnya.
Sehingga, dijelaskan Nurjatiah, jika seluruh sekolah di Berau bisa terapkan minimal terdapat satu yang dapat mendidik anak dengan kebutuhan khusus maka tidak perlu lagi untuk dikirim belajar di Tanjung Redeb. "Terkadang orang tua khawatir jika harus menyekolahkan anaknya di Tanjung Redeb," ujarnya. "Mungkin jauh, mereka merasa khawatir," sambungnya.
Selain itu, pihaknya juga aktif memberikan edukasi kepada para guru hingga staf kesehatan di wilayah lain di luar kecamatan kota tentang bagaimana menghadapi anak disabilitas. Ini tentu agar tidak ada perbedaan hak yang didapat oleh anak-anak.
"Kalau semua mampu kita kendalikan, anak biasa dan spesial dapat tercover," tuturnya. "Mereka jadi merasa nyaman bisam mengakses semua fasilitas tanpa dibedakan," tandasnya. (aky/ind)