Untuk pertama kalinya, RSUD Kanujoso Djatiwibowo melaksanakan operasi bedah pintas arteri koroner atau bedah jantung terbuka.
M RIDHUAN, Balikpapan
[email protected]
Nini dan sejumlah keluarga masih duduk di ruang tunggu ICCU, Gedung Anggrek Hitam, RSUD Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) Balikpapan. Perempuan berjilbab itu menunggu kabar dari dokter terkait hasil operasi suaminya, Toto. Pria 63 tahun warga Kelurahan Batu Ampar, Balikpapan. Pasien pertama yang mendapat penanganan operasi bedah pintas arteri koroner di rumah sakit milik Pemprov Kaltim itu.
“Suami saya sudah sakit jantung sejak 15 tahun lalu. Dan 5 tahun lalu sudah dirujuk untuk dilakukan operasi. Namun baru bisa dilaksanakan tadi (kemarin),” kata Nini, Jumat (29/9).
Menurut Nini, awalnya karena kekhawatiran, sang suami kerap menolak untuk dioperasi. Hingga ada keberanian dan dirujuk di RSUD Abdul Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda. Namun akibat lamanya daftar tunggu, belum ada informasi pasti kapan suaminya bisa dioperasi.
“Waiting list-nya cukup panjang. Saat daftar itu di antrean nomor 500-an. Tetapi alhamdulillah, berkat Allah SWT, suami saya bisa dioperasi di sini (RSKD Balikpapan),” kata Nini. Dia menyebut, biaya operasi bedah jantung suaminya ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

“Suami sendiri kerjanya pembuat roti. Pizza yang dijual murah itu. Jadi dia sering tidak tidur. Kan kerjanya tengah malam, soalnya pagi roti harus sudah dijual. Karena sakit jantungnya ini suami sering masuk ICU, bisa dua bulan sekali,” ungkapnya.
Hasil operasi terhadap Toto pun dijelaskan dr Sugisman, tim Bedah Toraks Kardiovaskular (BTKV) dari Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) dalam konferensi pers “Operasi Bedah Pintas Arteri Koroner Perdana. Jejaring Pengampunan Layanan Kardiovaskuler” dari RSKD Balikpapan dengan Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.
“Jadi tadi pagi (kemarin) kami sudah berhasil melaksanakan operasi CABG (Coronary Artery Bypass Graft), operasi bypass koroner pada pasien dengan tiga bypass koroner. Dengan riwayat serangan jantung yang sudah lama. Hasil operasi baik. Mudah-mudahan beberapa jam ke depan pasien sudah bisa bernapas sendiri. Dan biasanya lama perawatan selama enam hari,” ungkap dr Sugisman.
Kata dia, operasi yang berlangsung 4 jam tersebut berjalan lancar. Karena juga didukung oleh tenaga medis yang berkualitas dan peralatan canggih yang dimiliki rumah sakit. “Untuk dokter jantung saya dibantu dr Nanto dan dibantu tenaga dokter lainnya. Untuk operasi bedah jantung memang terdiri dari berbagai spesialis. Kalau ditotal bisa mencapai 10 tenaga medis,” ucapnya.
Khusus di RSKD Balikpapan, kata dia, sumber daya manusia (SDM) untuk penanganan penyakit jantung sudah memadai. Pun pihaknya sebagai pengampu, karena operasi perdana tetap melakukan pendampingan. Selebihnya, tenaga kesehatan yang berasal dari RSKD Balikpapan akan dilakukan penyapihan secara bertahap.
“Sampai akhirnya mereka sebagai tim bisa mandiri. Mudah-mudahan proses ini tidak berlangsung lama,” ujarnya.
GEDUNG JANTUNG TERPADU
Direktur RSKD Balikpapan Edy Iskandar menjelaskan, dengan tersedianya layanan operasi bedah jantung terbuka di Balikpapan ini, maka bisa mengurangi lamanya daftar tunggu pasien. Mengingat informasi terakhir yang diperolehnya dari RSUD AWS Samarinda yang sudah lebih dulu melakukan layanan serupa, seorang pasien paling lama harus menunggu 6 bulan.
“Dengan RSKD melaksanakan operasi jantung terbuka ini, maka setidaknya bisa memecah dan mempersingkat daftar tunggu,” kata Edy.
Selain itu, saat ini RSKD Balikpapan dengan bantuan anggaran dari Pemprov Kaltim tengah membangun gedung pusat layanan jantung terpadu. Peletakan batu pertama telah dilaksanakan pada 5 Juni lalu. Pembangunan gedung ini dilakukan dua tahap. Pertama, meliputi pekerjaan struktur gedung enam lantai plus kolom dan pekerjaan struktur gedung parkir (lantai basement plus kolom).
Nilai kontrak untuk tahap awal ini mencapai Rp 95,8 miliar dari APBD. Secara keseluruhan atau full scope (struktur sampai finishing) diperlukan dana sekitar Rp 357 miliar. “Desember kita harap sudah selesai (struktur gedung) dan 2024 sudah selesai,” ucapnya.
Sementara itu, Gubernur Kaltim Isran Noor mengaku bahagia karena menyusul RSUD AWS Samarinda, Kaltim punya RSKD Balikpapan yang juga memiliki kemampuan bedah jantung terbuka. Dan telah berhasil melaksanakan operasi perdana tepat di Hari Jantung Sedunia.
“Yang perlu ditegaskan ini bukan rumah sakit vertikal. Ini rumah sakit daerah. Dua rumah sakit kita sudah jadi rujukan nasional untuk melaksanakan bedah jantung terbuka,” ucap Isran Noor.
“Terserah ada yang tersinggung tidak apa-apa,” imbuhnya disusul tawa dan tepuk tangan tamu yang hadir dalam konferensi pers.
Lanjut Isran, upaya Pemprov Kaltim untuk mendukung kesehatan di Kaltim sangat besar. Khusus RSKD Balikpapan saja, sejak awal hingga saat ini, Pemprov Kaltim telah mengeluarkan anggaran hingga Rp 500 triliun. Mulai untuk pembangunan gedung-gedung pelayanan hingga pengadaan peralatan.
“Untuk peralatan jantung terbuka ini saja, pakai peralatan hibrid. Buatan General Elektric. Punya Amerika Serikat. Hanya ada beberapa di Indonesia. Di Jawa di mana sih, Jakarta di mana, sih. Nah, Kaltim itu punya dua. Di sini (RSKD Balikpapan) dan AWS,” ujar Isran diselingi canda.
KURANGI DAFTAR TUNGGU
Di sisi lain, mewakili Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta, Direktur Pelayanan Medik dr Muhadi menyebut, penyakit jantung menjadi salah satu penyakit dengan beban biaya terbesar di antara penyakit katastropik lainnya. Karena itu, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menaruh perhatian besar terhadap pengendalian penyakit jantung.
“Maka dengan operasi jantung terbuka perdana ini, dengan dukungan Pemprov Kaltim menjadi lompatan besar, next level dari sebelumnya yang hanya melaksanakan operasi pemasangan ring,” ucapnya.
Dijelaskan dr Muhadi, RSJPDHK merupakan pusat jantung nasional yang diberi amanah oleh pemerintah melalui Kementerian Kesehatan untuk menjadi pengampu bagi 514 rumah sakit daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Targetnya dua.
“Rumah sakit provinsi mampu melaksanakan operasi bedah jantung terbuka dan rumah sakit kabupaten/kota bisa melaksanakan primary percutaneous coronary intervention,” ucapnya.
Dengan semakin bertambahnya rumah sakit di daerah yang mampu melayani operasi bedah jantung terbuka ini, lanjut dr Muhadi, maka setidaknya mampu mengurangi daftar tunggu pasien. Tidak memberatkan pasien untuk berobat ke luar Kaltim hingga ke luar negeri.
“Next level-nya lagi, ke depan kami harap rumah sakit provinsi mampu menangani bedah jantung pedriatrik atau bedah jantung anak. Mengingat kasus kelainan jantung pada anaknya ini sangat banyak. Dan beban selama ini rujukan dari daerah yang dipikul RSJPDHK bisa dikurangi,” jelasnya. (dwi/k8)