Di antara tiga Bcapres yang ada, Anies Baswedan paling kerap dianggap antitesis dari pemerintah, tepatnya pemerintahan Jokowi. Gerbong perubahan yang sering ditawarkan oleh Anies Baswedan bersama partai koalisinya menjadikan ia dianggap dari antitesis pemerintah.
Seorang mahasiswa mempertanyakan tujuan Anies Baswedan yang memilih menjadi antitesis pemerintah incumbent atau petahana. Dilansir JawaPos.com dari Youtube UNHAS TV pada Minggu (24/9), dalam lawatannya ke Makassar, Anies memaparkan gagasannya sebagai Capres di Universitas Hasanuddin.
Dalam diskusi bertajuk ‘Indonesian’s Leaders Talk’ itu, seorang pria yang terlihat memakai jas almamater merah mencecar Anies dengan beberapa pertanyaan, salah satunya tentang posisi antitesa Anies.
“Pada 2017 lalu, anda hadir sebagai antitesis dari incumbent waktu itu, yaitu Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, sama seperti yang terjadi sekarang anda dianggap mampu menjadi antitesis dari calon yang akan hadir yang didukung oleh incumbent,” katanya.
“Pertanyaan saya, sebagai antitesa, perubahan dan rencana apa yang anda tawarkan untuk negara dan bangsa kedepannya?” lanjut mahasiswa itu. Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, Anies Baswedan menyampaikan rasa terima kasihnya kepada mahasiswa UNHAS tersebut. Kemudian, Anies langsung menegaskan bahwa tujuan ia sebenarnya bukan untuk menjadi antitesis pemerintah yang ada.
“Kalau boleh saya sampaikan, yang mau ditawarkan bukan antitesa, karena ini kita bukan dalam rangka antitesa kepada siapapun yang ada sebelumnya,” jawab Anies yang langsung disambut tepuk tangan oleh hadirin. Anies mengatakan, bahwa tujuan yang ia tawarkan adalah kembali kepada tujuan awal kemerdekaan, yaitu adil dan makmur.
Ia mengumpamakan perjalanan bangsa ini seperti perjalanan seseorang ke suatu tempat, di mana setiap satu jam harus berhenti untuk melihat kompas, memastikan tetap on the track.
“Kalau perjalanan bangsa tiap lima tahun kita berhenti, menengok, memastikan bahwa kedepan kita meraih adil dan makmur,” kata Anies Baswedan. Kemudian ia mengatakan, dalam mencapai tujuan itu ada yang sifatnya sintesa dan ada yang sifatnya antitesa. Perihal pengerjaan itu bersifat antitesa atau sintesa, itu adalah tugas pengamat untuk menilai dan menentukan, bukan tugas sang Capres. (*)