Buah dengan habitat asli gurun, melon, jarang menjadi tanaman rumahan. Namun, berkat kemajuan teknologi hidroponik, melon kini bisa ditanam di lahan sempit perumahan.
PRAKTIK itu dilakukan Ronny Tanumihardja yang juga pemilik smart hydroponic. Dalam dua tahun terakhir, pria yang berdomisili di Depok tersebut berhasil menanam melon dengan hasil panen yang baik.
”Tidak hanya sama, bahkan bisa melebihi yang ditanam di tanah,” ujarnya kepada Jawa Pos (13/9). Hal itu diukur dari ukuran buah yang besar hingga rasa yang lebih manis.
Ronny menyatakan, menanam melon dengan sistem hidroponik merupakan rangkaian dari hobinya. Sejak 2010, dia menanam berbagai jenis sayuran. Belakangan ini, dia mulai menanam buah. ”Murid saya yang sudah bisa nanam sayur membutuhkan tantangan baru untuk naik kelas. Yakni, menanam buah,” katanya.
Untuk menanam melon di rumah, yang dibutuhkan sebagai dasar adalah space minimal 1 x 2 meter. Itu cukup untuk menaruh instalasi jenis DB4 (Dutch Bucket 4) yang terdiri atas empat ember. Setiap ember dapat diisi dua tanaman melon.
Dalam ember, sudah ada rak, media tanam clay ball (tanah liat berukuran bulat), tempat rambatan, serta pompa yang mensirkulasi air, nutrisi, dan pupuk. ”Sistem ini cocok untuk pemula karena relatif aman untuk ditinggal, sudah terprogram,” ungkapnya.
Meski mudah, hidroponik melon tetap membutuhkan maintenance. Setidaknya 5–10 menit per hari untuk mengamati kondisi daun, kinerja pompa, hingga nutrisinya.
Untuk memastikan nutrisi, Ronny menyarankan penggunaan AB Mix. Tujuannya, kualitas melon yang dihasilkan baik.
Sementara, kondisi daun perlu diamati untuk mengantisipasi tumbuhnya jamur. Di daun yang terpapar akan muncul bercak putih. ”Kita cegah itu menggunakan fungisida nabati, tidak pakai bahan kimia,” jelasnya.
Tahapan paling menarik menanam melon adalah fase perkawinan. Berbeda dengan habitat aslinya yang dikawinkan lebah, dibutuhkan intervensi manusia jika menanam melon di rumah. Sebab, di lingkungan kota belum tentu ditemukan lebah. (*)