JAKARTA - Kredit pemilikan rumah (KPR) menjadi tumpuan pertumbuhan kredit perbankan di semester I 2023. Kontribusinya 35 persen terhadap total kredit konsumer yang mencapai Rp 1.895,3 triliun.
Data Bank Indonesia (BI) mencatat penyaluran KPR mencapai Rp 663,6 triliun per Juli 2023. Tumbuh 10,28 persen secara tahunan. Secara kualitas, rasio kredit bermasalah berada di posisi 2,79 persen. Dengan nilai KPR bermasalah mencapai Rp 18,63 triliun.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menyatakan, indikator likuiditas secara nasional masih cukup terjaga. Tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) yang berkisar 82 persen. Sejumlah bank besar seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) mencatatkan LDR sebesar 85,9 persen, 87,26 persen, dan 89,8.
Artinya, perbankan memiliki modal yang ample untuk menyalurkan kredit. Hanya saja, dari sisi permintaan tengah mengalami penurunan. “Saat ini tantangan bagi perbankan adalah bagaimana memiliki funding scheme (skema penghimpunan dana) yang relatif cukup kuat untuk bisa mengakselerasi kredit,” terang Asmo.
Direktur Consumer Banking CIMB Niaga Noviady Wahyudi membenarkan bahwa likuiditas bank masih bagus. Sehingga, penyaluran dari sisi supply, perbankan masih mampu untuk mengakselerasi pertumbuhan kredit. Hanya saja, permintaan dari sisi nasabah memang tengah lesu.
Terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi keinginan nasabah untuk mengajukan KPR. Yakni, kondisi perekonomian global dan pertimbangan belanja serta investasi nasabah dalam jumlah besar. “Beli rumah itu pertimbangannya 1.001 daripada beli handphone. Rumah itu personal, mempertimbangkan keluarga, dan akses transportasi,” beber Noviady di Graha CIMB Niaga, kemarin (14/9).
Menurut dia, KPR merupakan salah satu produk yang menjadi tumpuan untuk pertumbuhan kredit. Makanya, bank terus berusaha mengedukasi dan mendorong inklusi, khususnya untuk first home buyer. Di saat yang sama, juga bekerja sama dengan berbagai developer.
Skema pembiayaan yang paling memungkinkan adalah pricing dan suku bunga KPR bertahap. Setidaknya dengan tenor 15 tahun. Dengan begitu, pembayaran angsuran bisa menyesuaikan kemampuan bayar nasabah.
“Bunga awal 4,3 persen. Kenaikan bunga setiap tiga tahun. The first three years 1-3 persen. Kemudian tiga tahun kedua 4-6 persen, selanjutnya 7-9 persen, 9-12 persen. Jadi setiap tiga tahun suku bunganya sudah pasti. Tidak mengikuti suku bunga acuan,” jelas pria yang akrab disapa Dede itu.
Sementara itu, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menggenjot KPR subsidi. Sepanjang semester I 2023, BSI telah menyalurkan pembiayaan lebih dari 57 ribu rumah subsidi atau sekitar Rp 7,3 triliun. Angka itu terus meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat atas rumah yang layak huni dengan harga terjangkau.“Kami berupaya memberikan layanan yang bisa dijangkau semua segmen,” ujar Direktur Sales and Distribution BSI Anton Sukarna.
Saat ini, BSI telah bekerjasama dengan lebih dari 3.500 developer rumah subsidi. Perseroan juga menyasar segmen tenaga pengajar. (han/dio)