TENGGARONG – Kopi sudah menjadi salah satu komoditas tani terpopuler dan unggul di Indonesia. Banyak daerah-daerah di Indonesia memiliki varian-varian kopi dengan ciri khas mereka masing-masing. Sama halnya dengan hasil produk turunan kopi yang digunakan dan dijual di kedai kopi hingga kafe. Mulai dari kopi luwak, liberika, arabika hingga robusta.
Di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) sendiri. Kelompok tani yang menanam komoditas kopi masih belum masif produksinya. Namun, kabupaten yang termasuk sebagai bagian Ibu Kota Nusantara (IKN) ini memiliki potensi kopi yang besar. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kukar melalui Dinas Perkebunan (Disbun) siap mendorong potensi ini dengan menyusun sebuah masterplan pengembangan kopi.
Mulai tahun lalu kita sudah mulai melakukan pengembangan secara bertahap dan berkelanjutan. Dan masterplan ini akan melibatkan tiga desa di Kukar sebagai lokus pengembangan kopi,” ungkap Kadisbun Kukar, Muhammad Taufik melalui Kabid Produk, Subagio saat ditemui awak media, Selasa (30/5).
Ketiga desa ini adalah Desa Jonggon Jaya, Kecamatan Loa Kulu, Desa Prangat Baru, Kecamatan Marangkayu dan Desa Cipari Makmur, Kecamatan Muara Kaman. Subagio menyebut ketiga desa ini memiliki varian kopi masing-masing. Seperti di Desa Prangat Baru dengan kopi luwak jenis liberika, Desa Jonggon Jaya dengan kopi robusta. Dan Desa Cipari Makmur dengan kopi Hitam Muara Kaman (Kohiman).
Subagio mengatakan ketiga lokasi ini akan menjadi fokus Pemkab Kukar untuk mengembangkan komoditas kopi. Meski mungkin ada beberapa kecamatan yang ikut mengembangkan kopi secara swadaya. Dirinya memastikan Pemkab Kukar juga menyerahkan beberapa bantuan seperti bibit, pupuk, herbisida, rumah produksi dan lantai jemur. Hingga alat produksinya seperti alat pemecah buah kopi kering, alat sangria dan alat penggiling kopi menjadi bubuk.
“Saat ini sudah ada sekitar tiga hektare lahan kebun kopi, dan ini terus kita kembangkan. Apalagi kita juga bekerjasama dengan beberapa pihak ketiga,” jelasnya.
Mulai dari PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) hingga Universitas Mulawarman turut berkontribusi mengembangkan kopi Kukar. Subagio menyebut saat ini pemasaran kopi Kukar ini masih difokuskan di lokal. Salah satu kopi yang diminati banyak pihak adalah kopi luwak. Desa Prangat Baru yang telah ditetapkan sebagai Kampung Kopi Luwak mendapat banyak permintaan dari peminatnya.
“Kopi luwak desa Prangat Baru itu sudah bekerjasama dengan Hotel Mercure Samarinda. Mereka menampung dan memasarkan kopi luwak Prangat Baru di kafe mereka. Tetapi produknya masih terbatas meskipun permintaannya banyak,” tutur Subagio.
Tingginya potensi kopi ini terbukti dengan permintaan-permintaan dari produksi yang dihasilkan. Subagio mengaku pasar kopi asal Kukar sangat terbuka. Namun terhambat dengan produksinya yang terhambat. Oleh karena itu Pemkab Kukar terus dorong pengembangan kopi ini. Sehingga dapat menjadi komoditas unggulan daerah.
“Kami harap pengembangan kopi di Kukar ini tidak hanya dari sisi budidayanya tapi juga diintegrasikan dengan pengolahannya,” tandasnya. (adv/moe)