PENAJAM–Sekretaris Daerah (Sekda) PPU Tohar membuka Sosialisasi dan Pelatihan Bank Sampah yang diinisiasi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) PPU. Berhelat di ruang pertemuan lantai satu kantor bupati PPU, selain sosialisasi dan pelatihan bank sampah, kegiatan tersebut dirangkai sosialisasi dan pelatihan Sistem Informasi Pelayanan Lingkungan Hidup Terpadu (Siplah Terpadu), Senin (29/5).
“Yang pertama, kami mengapresiasi jajaran DLH PPU yang telah menginisiasi kegiatan ini. Terutama hadirnya stakeholder yang berkesesuaian dari aspek operasional di lapangan. Baik itu yang mewakili unsur corporate hingga kelompok-kelompok yang memiliki kepedulian terhadap sampah,” kata Tohar seusai membuka dan meresmikan kegiatan itu.
Menurutnya, sampah merupakan bagian yang mengelilingi hidup dan kehidupan. Setiap pribadi, masyarakat sebetulnya menjadi produsen yang memproduksi sampah untuk skala pribadi. Baik dari sampah skala kecil hingga besar. Seperti, sampah rumah tangga, usaha, hingga industri.
“Inilah yang menjadi persoalan manakala kita tidak melakukan treatment. Siapa yang harusnya melakukan treatment? Ini prismatik. Andaikan kemampuan kita di tiap-tiap pribadi memiliki sifat bertanggung jawab, saya pikir kita mampu menekan sekian banyak persoalan terkait sampah,” ujarnya.
Sebab itu, lanjut dia, melalui media bimtek atau sosialisasi ini, diharapkan ada pemahaman yang bisa ditransformasikan dari orang yang lebih mengerti terkait manajemen sampah kepada warga PPU. Bagi, warga yang mengikuti kegiatan ini, semoga mampu mentransformasikan kembali ke lingkungan tempat tinggal masing-masing.
“Berkaitan dengan sampah, sepintas namanya sampah tidak ada yang senang. Namun, ternyata di balik itu, sampah memiliki nilai ekonomis. Karena dari sampah itu ada yang bisa dibedakan,” jelasnya.
Misalnya sampah organik. Jika dipisahkan secara telaten dari sampah anorganik, sampah organik bisa dihimpun dan menjadi unsur hara. Seperti pupuk kompos. Sedangkan yang anorganik, seperti plastik dan sejenisnya, dapat dihimpun menjadi barang-barang yang memiliki nilai ekonomis melalui kreasi tangan-tangan warga.
“Memang sangat kecil, tapi kalau diakumulasinya dari waktu dan lamanya, atau karena banyaknya cakupan, tentu besar juga nilai ekonomisnya. Bisa diberdayakan melalui UMKM, hingga kelompok-kelompok kecil di masyarakat. Ketimbang kita tidak melakukan apa-apa, mending melakukan sesuatu yang bisa menghasilkan nilai,” urainya.
Sementara itu, peran korporat di PPU juga penghasil sampah dalam skala besar. Sangat jauh berbeda jika dibandingkan sampah rumah tangga. Tentu mereka juga memiliki peran, apalagi setingkat perusahaan besar yang memiliki management high level.
Tohar berharap ke depannya dapat menjadi wujud kesadaran kolektif. Sehingga tidak terlalu berat bagi badan publik berurusan dengan sampah. Apabila di antara stakeholder dan seluruh komponen sudah menyadari terkait dengan pengelolaan sampah secara bijak.
“Mari kita ikut mengambil peran, baik lingkup internal maupun nanti bisa menyebar ke sekelilingnya,” timpalnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala DLH PPU Tita Deritayati menambahkan, kegiatan ini sebenarnya ada dua. Yang pertama, sosialisasi dan pelatihan bank sampah. Kemudian yang kedua sosialisasi Siplah Terpadu.
Adapun tujuan bimtek dan sosialisasi bank sampah, ingin kembali memotivasi masyarakat maupun SKPD yang mengelola sampah melalui bank sampah. Tentang bagaimana mereka termotivasi kembali untuk aktif selalu memilah dan memanfaatkan sampah yang masih punya nilai ekonomis. Juga sebagai salah satu upaya memberikan pembekalan kembali agar lebih memantapkan manajemen pengelolaan sampahnya.
“Nah, ini juga merupakan program kita di DLH. Jadi keberlanjutan dari inovasi Seratus Bank Sampah Unit dan Gerakan Sedekah Sampah (Serbu Gass), karena memang ada kaitannya dengan 100 bank sampah dan gerakan sedekah sampah,” timpalnya.
Tita berharap, kegiatan ini tetap berkelanjutan dan tidak berhenti sampai di sini. Dengan harapan, inovasi Serbu Gass dapat diterapkan minimal dua bank sampah di tiap kelurahan dan desa. Tentu dengan pendampingan agar tetap berjalan aktif.
“Karena bank sampah itu, kadang-kadang kalau tidak didampingi, mereka bisa menemukan kendala ada masalah. Makanya melalui kegiatan ini kita diskusi dan sharing,” imbuhnya.
Adapun yang hadir dalam kesempatan ini, lanjutnya, pesertanya dari bank sampah unit masyarakat, peserta bank sampah unit SKPD, hingga peserta sekolah Adiwiyata bank sampah. Kemudian juga ada dari kampung iklim yang turut diundang hingga perwakilan dari kelurahan dan kecamatan.
Sementara itu, terkait sosialisasi Siplah Terpadu, mereka yang berurusan dengan lingkungan dapat melakukan usaha atau pengaduan melalui aplikasi tersebut. Dapat pula melakukan komunikasi melalui ditus web Siplah Terpadu yang juga bisa langsung dilayani.
“Hadirnya aplikasi Siplah Terpadu ini juga masih proses penyempurnaan dan akan berlanjut agar lebih bisa diterapkan di DLH. Dari bentuk aduan manual menjadi digital,” pungkasnya. (dwi/k8)
AHMAD MAKI
[email protected]