Jalur Kutai Barat (Kubar)–Mahakam Ulu (Mahulu) hingga perbatasan menjadi salah satu jalur terburuk di Kaltim selama puluhan tahun. Cerita untuk memuluskannya tidak semudah ratusan miliar rupiah telah dikucurkan pemerintah.
M RIDHUAN, Balikpapan
[email protected]
KEPALA Satuan Kerja (Satker) Pelaksanaan Jalan Perbatasan Kaltim Teuku Surya Dharma menjadi salah satu sosok penting di balik proyek pembangunan jalan Kubar-Mahulu sampai perbatasan Kalbar, Kaltara hingga Malaysia.
Jalan Kubar-Mahulu diketahui telah menjadi salah satu yang masuk proyek strategis nasional (PSN) di Kaltim sejak 2020 lalu. Pekerjaannya pun sudah dimulai setahun lalu. Tahun ini, ada 10 proyek pekerjaan jalan dan jembatan. Ada yang dikerjakan dengan sistem kontrak tahun jamak atau multiyears (MYC), ada pula yang tahun tinggal (SYC). Dengan total anggaran lebih dari Rp 800 miliar.
“Saya teringat masa kecil, kira-kira 40 tahun lalu. Kala itu, ikut perjalanan orangtua saya dari Banda Aceh menuju Aceh Barat, jalur dilalui hampir sama dengan rute yang saya lewati ini,” ungkap Teuku saat menceritakan perjalanan daratnya ke Mahulu tahun lalu. “Ternyata di Indonesia kita tercinta masih ada jalan dengan kondisi (rusak) seperti ini. Belum ada jembatan, yang harus dilalui dengan masuk ke sungai atau dengan rakit,” lanjut pria 53 tahun itu.
Dari markas Satker Perbatasan Kaltim di Samarinda menuju Mahulu disebutnya penuh tantangan. Utamanya, di jalur yang saat ini sedang dalam penanganan satker-nya. Berangkat pada 13 Agustus 2022, Teuku bersama tim berangkat menggunakan kendaraan dobel gardan. Karena mendapat penugasan dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Kaltim.
Setelah lebih 11 jam perjalanan sejauh lebih dari 290 kilometer dari Samarinda, tim pun beristirahat di Barong Tongkok, Kubar. “Kami sengaja memutuskan perjalanan darat karena kami ingin dalam mengawasi langsung pekerjaan yang kami ditugaskan,” sebutnya.
Keesokan harinya, 14 Agustus 2022, Teuku menyebut dia dan tim melanjutkan perjalanan sejauh 160 kilometer menuju Ujoh Bilang, Mahulu. Dari Barong Tongkok ke Ujoh Bilang, sebenarnya bisa ditempuh selama 5 jam. Namun, karena harus mampir ke sejumlah proyek, total perjalanan mencapai 11 jam.
Kondisi jalan disebutnya semakin ke utara didominasi tanah lempung. Bergelombang saat kering, berlumpur saat hujan. Bahkan, beberapa kali harus melintasi anak sungai dengan kontur bebatuan.
Setelah bermalam di Ujoh Bilang, keesokan harinya dia dan tim melanjutkan perjalanan dari Long Bagun-Long Pahangai dan bermalam di base camp pembangunan jalan Long Pahangai – Tiong Ohang. Teuku pun mendokumentasikan setiap jalur yang dia dan tim lewati.
“Itu perjalanan kami dari Long Bagun-Long Pahangai,” kata Teuku menunjukkan video dirinya sedang bermain air di sungai yang akan dilewati kendaraannya. “Ini saya lagi stres soalnya mobil nyangkut hampir lebih satu jam di situ,” katanya lantas tertawa.
Akibat kendaraan sering tersangkut, perjalanan Long Bagun-Long Pahangai baginya sangat melelahkan. Dengan jarak lebih dari 90 kilometer, total waktu yang dihabiskan hingga 12 jam.
Sehari kemudian perjalanan berlanjut. Dia dan tim harus menyeberangi Sungai Mahakam dari Long Tuyoq menuju base camp pembangunan jalan di arah Long Boh tepatnya di Danum Musan. Ada pula perjalanan dari Long Pahangai ke Delang Kerohong (Long Apari) yang memakan waktu 10 jam pulang pergi, karena singgah ke sejumlah proyek pembangunan jalan.
“Perjalanan kami sangatlah berkesan karena rute yang kami lalui cukup berat, terutama di ruas Long Bagun-Long Pahangai,” ucapnya menyebut jalur mana yang paling berat dilalui.
Dapat melaksanakan upacara 17 Agustus 2022 secara terbuka di lokasi pekerjaan pembangunan jalan di jalan Long Pahangai-Long Boh yang awalnya direncanakan akhirnya kandas. Saat itu, hujan turun dengan deras.
“Akhirnya, kami lakukan dalam base camp dengan sangat sederhana. Dalam upacara tersebut, kami berdoa untuk para pahlawan nasional, dan tidak lupa kami berdoa untuk teman-teman yang telah mendahului kami. Yang sama-sama membangun jalan jembatan di Mahulu,” ucapnya.
Teuku menyebut, rekannya yang meninggal dalam tugas antara lain Abdul Khaidir, selaku mandor pembangunan Jembatan Ratah. Lalu Sahaluddin, selaku konsultan (SE) Paket Pembangunan Jalan Long Pahangai-Tiong Ohang 3, dan Adi Adhyans Boyhard Putra, PPK Perbatasan 3.
“Sekarang, bertambah yang telah mendahului kami, ada almarhum Alfian Arif Abidin. Beliau konsultan (QE) paket pembangunan Jalan Tering 4. Lalu almarhum Rudi Hartono, pengemudi PT GSE paket Pembangunan Jalan Tering 3. Almarhum Faisal Soplestuny, GS PT GSE paket pembangunan Jalan Tering 3,” papar Teuku.
Dalam perjalanannya, dia menyebut proyek pembangunan jalan Kubar-Mahulu telah menunjukkan hasil. Data tahun lalu, untuk pekerjaan jembatan misalnya Jembatan Paralel Perbatasan IV seperti Jembatan Tebihi dan Kunih yang sudah selesai 100 persen. Sementara untuk jalan, mulai Jalan Long Pahangai-Long Lunuk pun sudah mulus.
“Bisa dilihat untuk fisik pekerjaannya sudah banyak tampak pembangunannya yang terlihat. Jadi, memang untuk masyarakat kami minta sabar, karena masih ditangani. Beda ceritanya kalau rusak tidak ditangani,” ungkapnya.
Secara rinci, Teuku menyebut jalan yang menghubungkan Long Hubung-Ujoh Bilang disebutnya pada akhir tahun ini sudah bisa lebih layak dilewati. Pada April 2024, diselesaikan dengan pengaspalan.
Ditambah adanya pekerjaan dari anggaran Pemprov Kaltim tahun ini, di mana pemprov disebutnya telah mengalokasikan Rp 100 miliar untuk pembangunan jalan dari Tering, Ujoh Bilang, Long Bagun hingga Long Pahangai.
“Namun, pekerjaannya tidak sampai aspal. Hanya timbunan, jadi ke depan perawatannya besar. Usianya pendek. Makanya kami ambil alih yang dari Long Hubung ke Long Pahangai. Namun, untuk Kubar ke bawah itu tetap provinsi,” ucapnya.
Terdekat, dari batas Kubar sampai Ujoh Bilang, telah dicairkan anggaran setelah melalui proses lelang dan telah berkontrak. Di mana masih ada sisa dua lelang lagi yang belum rampung. Kemudian, jalan paralel perbatasan mulai dari Long Pahangai sampai ke Kalbar, saat ini masih proses perencanaan. Dan ditargetkan akhir tahun sudah bisa dilakukan kontrak pekerjaan.
“Tahun depan masuk kontrak kami. Itu anggarannya cukup besar. Insyaallah nanti masuk Rp 6 triliun di situ. Pokoknya nanti mulus sampai aspal ke perbatasan Kalbar. Pekerjaannya dari 2024 sampai 2028," jelasnya.
Dalam prosesnya, Teuku melihat langsung bagaimana rekan kerja di lapangan berjuang untuk pembangunan di Mahulu. Kondisi itu menambah semangat satker untuk membangun jalan dan jembatan tersebut. “Kami tanpa dibantu oleh masyarakat, pemda (pemerintah daerah), polres, LSM (lembaga swadaya masyarakat), dan teman-teman media tidak dapat berbuat apa-apa di sana. Kami hanya buruh. Mari kita bangun bersama,” ungkapnya. (rom/k15)