BANYUWANGI – Ijen Geopark resmi menjadi bagian geopark dunia. Taman bumi di kawasan Gunung Ijen yang berada di antara Banyuwangi serta Bondowoso, Jawa Timur, tersebut juga bakal menjadi laboratorium alam, baik geologi, biologi, maupun budaya.
Itu menyusul penabalan Ijen Geopark sebagai anggota UNESCO Global Geopark (UGG). Peresmian tersebut diputuskan dalam sidang tahunan UNESCO (badan PBB yang mengurusi pendidikan, sains, dan kebudayaan) di Paris, Prancis.
General Manager Geopark Ijen Abdillah Baraas yang turut mengikuti sidang tahunan UNESCO Rabu (24/5) lalu melalui saluran virtual menyebut Ijen Geopark lulus dengan capaian nilai terbaik, 872 dari 1.000 poin. Nilai tersebut tertinggi sepanjang sejarah.
”Bersyukur, Geopark Ijen secara sah ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark melalui session of the executive board yang berlangsung pada 10–24 Mei di sekretariat UNESCO Paris,” ujarnya kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi kemarin (25/5).
Geopark atau taman bumi merupakan kawasan yang memiliki unsur-unsur geologi. Di dalam kawasan geopark, masyarakat diajak berperan serta untuk melindungi atau meningkatkan fungsi warisan alam yang dimiliki. Termasuk kandungan nilai arkeologi, ekologi, dan budaya di dalamnya. Dalam penamaannya, Ijen diambil langsung dari Gunung Ijen yang menjadi dasar pembentukan cerita geologi di keseluruhan kawasan geopark serta hubungannya dengan unsur biologi maupun budaya di sekitarnya.
Menurut Abdillah, terdapat 18 geopark baru yang ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark di dunia. Empat di antaranya berada di Indonesia: Ijen Geopark, Geopark Maros Pangkep, Geopark Merangin Jambi, dan Geopark Raja Ampat.
Ijen Geopark yang resmi dengan status UGG kini otomatis telah menjadi bagian jaringan geopark dunia. ”Kami berharap hal ini tidak hanya membawa manfaat secara lingkungan, namun juga secara sosial, budaya, dan ekonomi,” tuturnya.
Ada beberapa situs geologi yang dikembangkan tim Ijen Geopark. Mulai skala lokal hingga internasional. ”Salah satu dari banyak situs geologi yang mempunyai fenomena luar biasa adalah Kawah Ijen dengan danau kawah paling asam di dunia dengan fenomena alam blue fire yang muncul sebagai solfatara,” ungkap Abdillah yang juga wakil ketua I Jaringan Geopark Indonesia.
Ke depan, pihak Ijen Geopark juga diminta untuk terus melakukan update atau pembaruan data, mempertahankan kelestarian alam, serta mengembangkan inovasi sustainable development goals.
”Selain itu, kami tentu mendapat beberapa kritikan membangun. Seperti fasilitas publik dan transportasi yang kurang serta bahan interpretasi yang masih perlu diperbaiki. Kami harap ke depan bisa terus memperbaiki apa yang menjadi kekurangan tersebut,” kata dia.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Yanuarto Bramuda menyatakan bersyukur atas capaian menjadi UNESCO Global Geopark tersebut. Dia berharap pariwisata Banyuwangi bisa terus melambung.
”Banyuwangi memang memiliki banyak peninggalan geologi. Selain itu, Banyuwangi memiliki budaya yang cukup komplet dari berbagai suku. Kekayaan ini menjadi salah satu penunjang penilaian sehingga mendapatkan hasil terbaik,” katanya. (tar/aif/c19/ttg)