MARSELINO Ferdinan masih berusia 18 tahun. Namun, dia sudah menjadi salah satu tulang punggung timnas U-22 ketika meraih emas SEA Games XXXII/2023 Kamboja. Di timnas senior, skill-nya juga dibutuhkan. Berikut petikan wawancara Jawa Pos dengan Marsel pada awal pekan ini.
JAWA POS (JP): Berhasil mendapatkan emas SEA Games, bagaimana ceritanya ketika itu?
MARSELINO FERDINAN (MF): Pasti pertama berkat kerja satu tim. Kami memang sering kumpul, H-1 final, ngobrol apa yang harus dilakuin. Itu jadi motivasi. Kami juga mengingat sejarah 32 tahun tidak dapat emas, jadi semakin terpompa, bisa mengalahkan rasa takut atau apapun.
JP: Tapi, kata (Rizky) Ridho sempat nangis?
MF: Setelah 2-1 saya kira sudah selesai. Tapi ternyata masih ada bola free kick pelanggaran, terjadi gol. Dan saya sempat stres di sana, tapi akhirnya Tuhan berkata menang.
JP: Bagaimana kamu melawan rasa stres itu?
MF: Untungnya anak-anak support semua. Bilang kalau kami bisa. Bermain seperti biasa. Kami balik lagi dari nol, mulai dari awal, kami perbaiki semua.
JP: Sempat terganggu ketika ada keributan di bench?
MF: Enggak. Saya enggak terlalu ikut. Saya juga tahu prioritas, enggak mungkin saya berantem. Kalau kena sanksi, merugikan saya sendiri dan tim juga.
JP: Respons teman-teman di Belgia ketika kamu dapat emas SEA Games?
MF: Banyak pemain chat saya, termasuk pelatih, congratulations. Bersyukur, meski saya usia 18 tahun, tapi dapat support.
JP: Di KMSK Deinze ada pemain seumuran kamu?
MF: Tidak ada. Saya paling muda, ada lagi 21 tahun.
JP: Di usiamu yang masih 18 tahun sudah dapat menit bermain dari pelatih?
MF: Bersyukur. Kuncinya yang pasti kerja keras. Saya masih 18 tahun, enggak bisa enak-enak. Harus lebih dari yang senior, harus nambah sendiri. Kerja keras sendiri, yang penting konsisten.
JP: Soal adaptasi, harus jauh dari orangtua?
MF: Untungnya saya enggak homesick. Saya suka jauh-jauh. Enak sendiri-sendiri daripada dimonitor terus, setiap hari juga di-video call (dengan keluarga). Jadi, aman-aman aja sih seharusnya, enggak jadi alasan.
JP: Misal lagi libur, ke mana?
MF: Keluar, ke Paris. Enak kan uripmu (enak kan hidupmu). Jalan-jalan cuci mata.
JP: Jadi, di sana enggak merasa kesulitan?
MF: Hanya masalah cuaca. Saya datang musim salju, Januari akhir, itu masalah. Kalau masalah bahasa, aku isok lah sitik sitik (aku bisa lah sedikit-sedikit).
JP: Perbedaan di Indonesia dan di sana?
MF: Perbedaan pasti ada. Tapi, yang saya tekankan, seharusnya kita bisa main di sana (Belgia). Ini masalah mental saja.
JP: Target di Belgia?
MF: Yang pasti tim dulu, saya akan kerja keras untuk tim. Saya berikan yang terbaik untuk tim. Kalau dikasih gol, assist, atau kontribusi lain itu Tuhan yang atur. Yang penting kami kerja keras dulu, konsisten dulu di liga. Saya ingin stay lama di sana (Belgia, Eropa).
JP: Kapan kembali ke Belgia?
MF: Mungkin tanggal 20-an Juni setelah FIFA Matchday.
JP: Persiapan jelang FIFA Matchday?
MF: Sejauh ini saya kan belum ada libur. Saya meluangkan waktu sama keluarga tiga atau empat hari. Hari ini (kemarin) saya mulai sedikit-sedikit, nge-gym, dan lain-lain.
JP: Soal tekel ke Messi kalau bertemu Argentina?
MF: Itu bercanda, haha. Yang pasti, saya akan berikan yang terbaik untuk bangsa dan negara. Yang pasti, kami akan berjuang untuk itu, dan saya siap untuk itu.
JP: Lawan Palestina main di Stadion Gelora Bung Tomo, harapan?
MF: Yang pasti, ada motivasi tersendiri. Semoga Bonek atau suporter yang ada di Surabaya memenuhi stadion. Saya yakin pasti Bonek (mendukung). (ka/c17/ali/jpg/ndy/k8)