Butuh waktu sekira 15 menit, speedboat yang membawa media ini dari pelabuhan Penajam Paser Utara (PPU) tiba di Pelabuhan Kelurahan Jenebora.
KELURAHAN Jenebora dihuni 3.499 jiwa, dengan 1.010 kepala keluarga (KK). Rincianya 1.779 orang pria dan 1720 orang wanita. “Sebagian besar masyarakat di sini (Jenebora) bermata pencaharian sebagai nelayan. Mereka semua tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB). Totalnya ada puluhan KUB, namun yang aktif hanya 15. Sebagian besar KUB di sini kategori KUB hasil tangkapan bukan budidaya,” kata Ketua KUB Nelayan Lama, Muhammad Aryzal Rahman, yang ditemui di kantor lurah.
Aryzal merupakan salah satu warga yang diminta lurah untuk menemani Kaltim Post selama berada di Jenebora. Pria bernama lengkap Muhammad Aryzal Rahman itu, mengajak untuk mengitari sekitar perkampungan. Sebagian besar, rumah penduduk merupakan hunian atas air. Sambil berjalan, Aryzal menceritakan, KUB Nelayan Lama terbentuk sejak 18 Mei 2009. Berjumlah tujuh orang termasuk dirinya. Setiap anggota berlayar memancing mengunakan perahu masing – masing. Dari hasil tangkapan anggotanya itu, setiap harinya didata dan dilaporkan.
Secara keekonomian, penghasilan mereka terkadang pas-pasan. Hanya cukup buat makan. Bahkan, parahnya lagi bisa sampai mengalami kerugian. Pulang dengan tangan kosong tanpa tangkapan ikan. Rugi tenaga, rugi bahan bakar. Apalagi kalau sudah memasuki musim angin selatan, kata dia, semua anggotanya terpaksa beralih mata pencaharian sementara. Dari tengah laut untuk mencari ikan, beralih ke pinggiran laut untuk menjaring udang atau kepiting hingga teripang.
Setibanya di ujung jembatan, ada tiga orang nelayan yang sedang menyiapkan umpan. Ada pula yang yang sedang membenahi jaring rajutan. Mereka ialah Acong, Fadli dan Tanwir. Tiga sekawan yang berprofesi sebagai nelayan khusus tepi lautan. Sambil berbincang – bincang, Fadli memperlihatkan hasil tangkapan. Seperti udang kecil yang hendak dikeringkan (ebi) serta teripang atau timun laut yang sudah diasinkan dengan ditaburi garam.
“Apapun jenis tangkapan, sehari – hari ditimbang dan dijual ke Kios Aruna yang menghubungkan nelayan langsung dengan pembeli. Kios tersebut sudah ada di wilayah Kelurahan Jenebora. Bahkan untuk tangkapan ebi, sudah ada pembelinya dari Balikpapan. Sedangkan teripang yang sudah dibersihkan harus ditaburi garam agar tidak membusuk,” sahut Acong.
Menyiasati tambahan pendapatan, sebagian masyarakat nelayan melakukan perluasan wilayah tangkapan hingga ke daerah tetangga. Soalnya, untuk di perairan sekitar, saat ini sudah tidak memungkinkan. Perairan yang biasa menjadi spot mancing, tertutup oleh jalur parkir kapal – kapal besar perusahaan.
“Untuk menambah penghasilan, kami bahkan bisa tembus melaut hingga lintas kabupaten, seperti perairan laut di daerah Tanah Grogot di Kabupaten Paser, Tanjung Aru hingga perairan Bontang. Itupun bisa setengah bulan sekali baru pulang. Karena untuk wilayah Penajam sendiri, tangkapan sudah tidak memungkinkan. Bahkan untuk membantu pendapatan hari - hari selama ditinggalkan, banyak para istri nelayan di rumah yang berjualan dengan membuka warung kecil-kecilan,” ujarnya. (far)
Ahmad Maki
[email protected]