Oleh IRFAN NUR ADITAMA
Mendaki gunung menjadi salah satu olahraga kegemaran. Berpetualang setiap tahun, sekaligus menuntaskan dahaga spiritualitas.
LIBUR Idulfitri pada April lalu saya manfaatkan untuk menjajal Gunung Sindoro yang berketinggian 3.155 meter di atas permukaan laut (mdpl). Pendakian kali ini juga semacam obat rindu. Sebab, akhirnya saya bisa menuntaskan misi Double S, istilah beken untuk paket pendakian gunung kembar, Sumbing dan Sindoro yang letaknya bersebelahan.
Ya, sebelumnya, pada 2020, saya sudah terlebih dulu mendaki Gunung Sumbing via Kaliangkrik Magelang. Gunung yang mempunyai ketinggian 3.340 mdpl untuk kegiatan alam bebas. Pengalaman mendaki yang mengesankan saat itu.
Namun, sejak pendakian itu, saya rehat sejenak dari kegiatan pendakian. Pandemi Covid-19 membuat rumit segala hal. Hingga akhirnya mereda. Regulasi traveling tidak serumit saat pandemi. Membuka lebar peluang saya menyelesaikan misi penaklukan Double S.
Maskapai Super Air Jet dari Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan menjadi pilihan saya untuk memulai perjalanan menuju lokasi pendakian ke satu gunung favorit di Jawa Tengah itu.
Mendarat di Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) Kulon Progo, perjalanan saya lanjutkan ke Jogjakarta, hingga basecamp Gunung Sindoro di Desa Kledung, perbatasan Kabupaten Temanggung dan Wonosobo. Perjalanan menempuh waktu sekitar tiga jam menggunakan minibus yang disiapkan agen perjalanan, dari Jogja melintasi Magelang dan turun di Temanggung.
Dalam pendakian ke Sindoro, saya menggunakan jasa operator dari Keong Adventure asal Brebes. Ini sangat memudahkan urusan operasional di alam bebas, karena para peserta open trip cukup bermodal peralatan pendakian saja. Tak perlu repot membawa tenda ataupun alat masak. Sangat bermanfaat untuk efisiensi waktu.
Selain itu, modal terpenting yakni menjaga kebugaran tubuh. Sebelum pendakian, saya sempat bermalam di basecamp di Desa Kledung. Bangunan basecamp memanfaatkan Balai Pertemuan Umum (BPU). Tempatnya cukup nyaman, sepintas mirip barak pengungsian. Bedanya, “barak” itu diisi para pendaki dari antero Nusantara. Letaknya sangat mudah dicari karena berada di Jalur Poros Perbatasan Temanggung dan Wonosobo.
Untuk diketahui, Sindoro dan Sumbing merupakan dua gunung yang letaknya berdekatan. Dan, memiliki bentuk dan tinggi yang hampir sama. Jika dipetakan, Sumbing berada di sebelah barat daya Kota Temanggung dan sebelah timur Kota Wonosobo. Sedangkan Sindoro di sebelah barat laut Temanggung dan timur laut Wonosobo.
Keduanya menyimpan potensi wisata yang sangat besar. Tentu saja yang paling utama adalah panorama alam nan indah, udara sejuk dan segar. Kemudian daerah-daerah di lereng Sumbing-Sindoro potensial dikembangkan sebagai kawasan agrowisata, terutama perkebunan kelengkeng, tembakau, vanila, dan kopi.
Gunung yang dipenuhi legenda tentang kesetiaan pasangan dan epos kepahlawanan itu juga sudah tidak asing lagi bagi para pendaki. Banyak kelompok pecinta alam yang mendaki puncak Sindoro yang terkenal dengan kawah belerangnya.
Untuk diketahui, jika ingin mendaki Gunung Sindoro via Kledung, terdapat empat pos pendakian sebelum puncak. Untuk memulai pendakian via jalur Kledung, pendaki akan mulai dari ketinggian kurang lebih 1.396 mdpl. Dari basecamp pendakian, pendaki akan menyusuri jalan bebatuan melintasi pertanian penduduk ke Pos 1.
Saya pun memilih jasa ojek motor dengan upah Rp 25 ribu sekali jalan untuk menghemat waktu dan tenaga, karena jaraknya lumayan panjang, tiga kilometer dari basecamp Kledung ke Pos 1. Di motor, kita akan melintasi perkebunan yang sungguh memanjakan mata.
Setelah melewati pertanian dan bibir hutan, pendaki akan sampai di Watu Gede di ketinggian 1.900 mdpl. Perjalanan bisa dilanjutkan ke Pos 2 dengan ketinggian 2.120 mdpl. Kontur jalanan mulai bervariasi. Dari rata hingga menanjak, namun belum terlalu berat. Waktu yang dibutuhkan ke Pos 2 sekitar dua jam perjalanan. Menariknya, di Pos 2 ini pendaki akan menemui warung yang menjajakan makanan dan minuman.
Adapun dari Pos 2 ke Pos 3, pendaki dihadapkan dengan jalur yang lumayan menantang, yakni trek yang menanjak. Namun, jangan khawatir, Ini merupakan jalan terakhir yang menanjak. Waktu tempuh ke Pos 3 bisa memakan sekitar tiga jam dengan ketinggian 2.530 mdpl. Di lokasi ini, pendaki bisa mendirikan tenda, sebelum menuju ke puncak keesokan harinya.
Ada juga alternatif mendirikan tenda di Pos Sunrise Camp, tempatnya juga cukup luas. Jika pendaki ingin berkemah di sini waktu dilanjutkan dengan berjalan menanjak melewati trek tanah juga cukup menanjak dan memerlukan waktu sekitar 1,5 jam. Tim pendakian pun memilih untuk berkemah di Pos Sunrise Camp, posisinya lebih di atas Pos 3 untuk memudahkan pendakian ke puncak (summit) lebih cepat.
Akhirnya, saya pun bersama pendaki lainnya bangun dari tidur sekitar pukul 04.15 WIB. Udara dingin menusuk tubuh langsung disirnakan oleh kehangatan teh dan sarapan mi instan. Tepat 04.30 WIB, tim pendakian memulai perjalanan ke puncak Sindoro. Treknya sangat menantang dan terjal, tidak ada bonus landai. Setelah itu, perjalanan bisa diteruskan melewati hutan lamtoro hingga tiba di Pos 4 Watu Tatah.
Dari Watu Tatah, pendaki akan melintasi batas vegetasi tumbuhan dan bebatuan sebelum sampai puncak Gunung Sindoro. Di sini para pendaki juga akan melintasi padang edelweiss. Total waktu pendakian dari Pos Sunrise Camp menuju puncak Sindoro cukup menguras tenaga. Pendakian memakan waktu cukup panjang yakni empat jam perjalanan. Tim pendakian pun tiba di puncak Sindoro tepat 08.30 WIB.
Perlu dicatat, ketika sampai di puncak, kawah Gunung Sindoro akan mengeluarkan aroma belerang yang cukup menyengat. Batas waktu aman berada di lokasi ini adalah hingga jam 12 siang. Kondisi puncak Sindoro sendiri berupa dataran landai di bibir kawah. Di sebelah timurnya terdapat dua kawah kembar seluas 210x150 meter, dibatasi dinding kawah yang mengitarinya. Berjalan memutari bibir kawah Gunung Sindoro juga menarik, tapi tetap perhatikan arah gas belerang. Gunung Sumbing yang runcing tetap menjadi pemandangan utama ketika sampai di puncak Gunung Sindoro. Salam lestari! (ndy/k8)