SAMARINDA–Pembangunan rumah layak huni (RLH) di Kaltim terus dikebut. Namun, program yang berasal dari corporate social responsible (CSR) perusahaan-perusahaan besar yang berusaha di Benua Etam ini masih memiliki banyak kendala. Salah satunya sulit dilakukan pengadaan material, lantaran nyaris seluruh rehabilitasi rumah menggunakan bahan material kayu.
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim mencatat persentase penduduk miskin pada September 2022 sebesar 6,44 persen, meningkat 0,13 poin persen terhadap Maret 2022 dan meningkat 0,17 poin persen terhadap September 2021. Jumlah penduduk miskin pada September 2022 sebesar 242,30 ribu orang, meningkat 6,05 ribu orang, terhadap Maret 2022 dan meningkat 9,17 ribu orang terhadap September 2021.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat, Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat (PUPR-Pera) Kaltim Aji Muhammad Fitra Firnanda mengatakan, pembangunan RLH merupakan program unggulan gubernur Kaltim. Sebab, hunian tidak layak menjadi salah satu komponen yang dikatakan miskin. Untuk mengurangi hal tersebut, Pemerintah Kaltim memiliki program RLH.
Tahun ini pihaknya akan mengejar progres 25 ribu unit RLH. Hingga akhir 2022, progres realisasi pembangunan rumah layak huni di Kaltim telah mencapai 77,82 persen. Keluarga Pra Sejahtera (KPS) adalah keluarga yang tidak memenuhi salah satu dari enam indikator Keluarga Sejahtera I, yakni kebutuhan dasar keluarga.
Program rumah layak huni mulai dijalankan Pemprov Kaltim sejak 2019. Sasaran pembangunan rumah layak huni diperuntukkan masyarakat yang membutuhkan dan terdaftar sebagai kelompok KPS. Saat ini dana CSR untuk RLH sudah mencapai Rp 18,9 miliar.
“Kita yakin program rumah layak huni bisa rampung tahun ini. Setiap tahunnya kami membangun lima ribu rumah layak huni. Sehingga kami optimis bisa kejar target 25 ribu RLH untuk Keluarga Pra Sejahtera di Kaltim meskipun masih banyak kendala. Target sampai akhir 2023,” tuturnya, Jumat (19/5).
Saat ini, kendala yang dihadapi pihaknya terkait pengadaan material, lantaran nyaris seluruh rehabilitasi rumah menggunakan bahan material kayu. Sulitnya mencari material kayu ini yang membuat pihaknya mengalami keterlambatan dalam membangun RLH. Sedangkan untuk rumah dengan material batu dan semen bisa lebih cepat pengerjaannya. “Kami terkendala material, sulit mencari material kayu yang dibutuhkan,” pungkasnya. (ndu/k8)
Catur Maiyulinda
@caturmaiyulinda