Semakin mudahnya bisnis digital membuat pertarungan industri logistik semakin ketat. Biaya logistik sangat berdampak pada daya saing. Perusahaan logistik mau tak mau harus mampu beradaptasi dan berinovasi.
====
DATA Logistics Performance Index (LPI) Bank Dunia menempatkan Indonesia pada peringkat 46 dari 160 negara di 2018. Jauh di bawah Singapura yang berada di peringkat 7 dan Thailand di peringkat 41. Chief of Marketing Ninja Xpress Andi Djoewarsa menuturkan, tren e-commerce sempat melejit di masa pandemi Covid-19. Meski, belakangan tren belanja online sedang menurun. Nah, belanja online tentu membutuhkan logistik.
Saat ini, ongkos logistik di Indonesia rata-rata mencapai 25 persen dari produk domestik bruto (PDB). Terbilang cukup mahal dibandingkan dengan negara-negara lainnya di regional. “Dengan harga sebesar itu, kami harus memastikan bahwa servis kita baik. Sebab itu, sertifikasi ISO penting. Artinya kualitas pelayanan yang diberikan semakin baik,” kata Andi, Kamis (17/5).
Di tengah persaingan yang ketat, Head of Brand Reputation Ninja Xpress Ribka Pratiwi menjelaskan, bersaing dengan harga secara terus-menerus pasti akan kalah di satu titik ke depan. Maka, dia menggunakan value added services.
Pendekatan dengan memberi nilai tambah melalui beragam fasilitas yang lain. Yaitu, creativity solution. Memberikan fasilitas studio bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk melakukan sesi foto dan video produk. Bahkan live selling. “Itu semua gratis selama mereka menggunakan pengiriman Ninja Xpress. Karena kalau (bersaing secara) harga itu agak sedikit sulit,” jelasnya.
Ribka berharap, inovasi tersebut membuat Ninja Xpress bisa bersaing dengan kompetitor. “Sehingga UMKM nyari kita kalau kirim barang,” imbuhnya.
Chief of Strategy Officer Ninja Xpress Stephen Roy menambahkan, model mitra driver membuat operasional perusahaan menjadi fleksibel. Ketika volume pengiriman tinggi, tinggal menambah sumber daya manusia (SDM) melalui mitra. Jika pengiriman rendah, tentu menyesuaikan.
Dia tidak mengompromikan kualitas dan kecepatan pengiriman. Barang sampai tepat pada waktunya. Sesuai dengan service level agreement (SLA). Bahkan harus lebih baik seiring raihan dua sertifikasi penting. Yaitu, sertifikasi International Organization for Standardization (ISO) 9001:2015 di bidang jasa layanan manajemen mutu pergudangan dan ISO 45001:2018 terkait penerapan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
Menurut dia, kedua sertifikasi tersebut menunjukkan bahwa Ninja Xpress memiliki sistem manajemen mutu berstandar internasional. Selain itu, perusahaan cukup straight memonitor performance and operational cost. “Jadi itu kita monitor secara berkala. Agar efisiensi terjadi,” ujar Roy.
Peneliti INDEF Ahmad Heri Firdaus mengatakan, tingginya biaya logistik menjadi beban tersendiri. Khususnya bagi industri manufaktur. Sebab, akan memengaruhi daya saing industri dalam produksi barang atau jasa.
Lebih jauh, juga berdampak pada performa kinerja ekonomi secara makro. Mengingat, komponen logistik yang paling besar adalah transportasi. “Jadi biaya transportasi itu dominan ya dalam struktur logistik,” terang Heri.
Dia mengungkapkan, salah satu tantangan besar sektor logistik Indonesia adalah belum meratanya infrastruktur konektivitas. Pembangunan konektivitas infrastruktur dengan mengedepankan efisiensi biaya logistik menjadi sangat penting.
Sebagai contoh, transportasi kapal. Ketika hendak mengirim barang ke Indonesia timur muatannya penuh. Namun, saat kembali ke Indonesia barat, ke Jakarta misalnya, belum tentu muatannya penuh. “Kenapa? Karena di Indonesia timur atau di daerah tujuannya itu mungkin belum ada hasil-hasil produksi yang dibutuhkan oleh masyarakat atau oleh pasar di daerah Indonesia barat,” bebernya.
Dengan contoh kasus itu, biaya logistik menjadi lebih besar. Sebab, kapal hanya mengantar barang. Ketika kembali tidak menjual atau tidak mengirim barang yang ditujukan untuk dijual kembali. (ndu/k8)