Kutai Kartanegara begitu kaya dengan sumber daya mineral. Banyak penghasil batu bara maupun migas beroperasi di sana. Namun, kondisi ini tak membuat Hamzah Al Fauji silau. Dia tetap bangga dengan profesinya sebagai petani.
ULIL MUAWANAH, Kukar
[email protected]
TAHUN 2022. Hamzah tak menyangka bakal diundang ke Jakarta, menerima penghargaan juara pertama Pemuda Pelopor Nasional Kemenpora RI di bidang pangan. Ini berkat upaya yang dilakukan Hamzah Al Fauji dalam membina dan mengajak pemuda di kampung halamannya Sindang Jaya, Kelurahan Muara Jawa Tengah, Kecamatan Muara Jawa, Kutai Kartanegara menjadi petani milenial.
Ya, di usianya yang baru beranjak 27 tahun, nama Hamzah telah menasional. Setelah pihak kecamatan dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) mendaftarkan namanya untuk mengikuti perlombaan pemuda pelopor nasional, usai lulus seleksi di kabupaten hingga provinsi.
Pemuda kelahiran 3 September 1995 ini terlahir dari keluarga sederhana. Keluarga petani. Setamatnya dari SMK Prasetiya Budi Luhur pada 2013, Hamzah fokus terjun membantu orangtuanya. Pergi meladang setiap hari. Dia tak malu, walau banyak orang menyayangkan mengapa ia memilih menjadi petani.
"Banyak petani telah berusia senja, bila kita tidak jadi penerusnya entah bagaimana nasib pertanian kita di masa depan. Lagian menjadi petani milenial itu keren, karena kita bukan hanya membangun sistem pertanian modern tapi juga bisa menciptakan sumber pendapatan dan pekerjaan bagi orang lain," ujar bungsu dari lima bersaudara dari pasangan Ustiyansyah dan Titin Kurniasih ini.
Dari pertemuannya dengan awak media Kaltim Post pada pekan lalu, Hamzah yang juga ditunjuk menjadi role model pemuda tani milenial Kutai Kartanegara bercerita, bahwa ia pun merasa prihatin karena dulu banyak pemuda di kampungnya memilih bekerja di perusahaan, dibandingkan melanjutkan profesi para orangtua.
Belum lagi mereka yang putus sekolah, maupun menjadi korban pemutusan hubungan kerja dari perusahaan sehingga tidak mempunyai pendapatan. Berangkat dari itu, dia terdorong untuk merangkul mereka, serta mengubah mindset agar mau menjadi petani milenial.
Tidak mudah memang. Butuh waktu bagi Hamzah agar mampu meyakinkan para pemuda. Belum lagi tantangan akan tanah di Benua Etam yang berbeda dengan berbagai daerah hasil pertanian di luar sana. Namun, Hamzah pantang menyerah. Dia pun memilih lebih menunjukkan hasil-hasil nyata.
Banyak hasil taninya mulai dari hortikultura dan pangan telah sukses panen. Terbaru, Hamzah mengembangkan jagung hibrida. Lalu, terdapat pula peternakan. Hingga sekarang, Hamzah terus menggalakkan kegiatan bertaninya. Dia pun aktif diundang dalam berbagai acara sebagai narasumber.
Walau tidak menyinggung soal omzet, Hamzah mengatakan, hasil uang didapatkan mencukupi bahkan bisa lebih besar dari pekerja perusahaan. Asal ulet dan sabar. Untuk distribusi hasil tani Hamzah tidak risau. Sebab, setiap hari banyak tengkulak ataupun pedagang yang datang untuk mengambil hasil pertaniannya.
Bukan cuma di kawasan Kutai Kartanegara, ia menuturkan, hasil pertanian dari para petani milenial di Kutai Kartanegara ini sudah dipasok ke berbagai daerah di Kaltim. "Alhamdulillah, distribusi tidak ada kendala. Pihak ENI Muara Bakau juga memberi berbagai upaya dukungan. Selain jagung, tanaman hortikultura seperti cabai, bawang, dan tomat juga ternak ayam menjadi ladang usaha dari Pemuda Tani Milenial Gapoktan Burung Enggang," kata Ketua Gapoktan Burung Enggang ini.
Ke depan, menyikapi pemindahan Ibu Kota Negara (IKN), Hamzah berharap semakin banyak tertarik menjadi petani. Agar regenerasi petani terus berlanjut. Juga memperjuangkan agar Benua Etam mampu mandiri hal kebutuhan pangan. Sehingga, dibutuhkan serapan ilmu dan teknologi pertanian terbaru, yang mana dekat dengan generasi milenial.
"Saya adalah anak petani, tapi tidak malu untuk jadi petani. Saya pun berharap banyak teman-teman generasi muda lainnya mau terjun ke dunia pertanian. Demi pemenuhan taraf hidup berangsur naik, dan kesejahteraan petani bersama," tandasnya. (ndu/k15)