Lokasi usaha yang tidak strategis bukan jadi hambatan bagi Ernawati untuk mengukir sukses. Berkat ketekunannya dan bantuan dari ENI Muara bakau, dia kini bisa meraup omzet hingga Rp 10 juta per bulan dengan berjualan jamu rempah tradisional.
ULIL MUAWANAH, Kukar
[email protected]
DULU kesibukan Ernawati diisi dengan pergi mengajar ke sekolah. Berstatus guru honorer. Setelah menikah, dia mengikuti tugas sang suami yang merupakan anggota TNI AD. Berpindah-pindah tempat tinggal. Semasa 2019, Sarwani, suami Ernawati ditugaskan ke wilayah Kodim Tenggarong. Sedangkan Ernawati menetap di Handil, di sanalah dia memulai lagi merintis usaha. Bakulan jamu seduh setiap sorenya. Karena dia tak biasa berdiam diri.
Lokasi rumah yang ditempati berada di Handil 7 Gang Manunggal RT 13 Kelurahan Muara Jawa Tengah, Kecamatan Muara Jawa, Kutai Kartanegara jauh dari jalan raya. Itu membuatnya berpikir untuk mengembangkan usaha. Mengingat jamu seduh atau cair tidak mampu bertahan lama.
Sampai akhirnya setelah melewati berbagai percobaan, ibu tiga ini pun berhasil membuat inovasi jamu non-cair. Atau jamu instan kemasan. "Dulu penjualan jamu seduh paling lewat online dan nggak bisa tahan lama. Setelah itu mencoba buat teh rempah, kemudian mencoba buat jamu non-cair ini, yang ternyata nggak mudah dan berulang-ulang trial error," ungkap Ernawati kepada awak media saat ditemui pekan kemarin.
Kini, terdapat dua jenis produk Rempah Handil yang dibuat oleh perempuan yang akrab disapa Erna ini. Pertama, yakni teh rempah, yang 90 persen memang berasal dari rempah-rempah tradisional. Minuman ini cocok bagi penderita diabetes karena tidak mengandung gula. Harga untuk teh rempah ini pun terjangkau. Per kotak berisikan 20 tea bag, dibanderol Rp 30 ribu.
Produk kedua, yakni jamu modern yang telah mengandung gula. Tersedia dalam 9 varian rasa. Cocok bagi segala usia. Jamu kemasan ini juga mampu bertahan selama 8 bulan hingga 1 tahun. Per kemasan atau per bungkus dijual seharga Rp 35 ribu untuk 200 gram.
Semenjak 2021, Erna telah menjadi salah satu binaan ENI Muara Bakau. Berkat pembinaan serta pelatihan yang dilakukan pihak perusahaan, usaha Erna semakin dikenal banyak orang. Secara tampilan kemasan juga berubah lebih modern dan terlihat lebih menarik. Dilirik banyak pihak, tawaran pun berdatangan dari klinik yang menginginkan produknya dapat dijual di etalase.
Namun, Erna mengaku belum siap menerima permintaan tersebut, sebab takut semakin kewalahan. "Menjadi binaan ENI, tidak hanya dibantu pelatihan tapi juga dipermudah buat perizinan produk dan branding. Dulu sebelum jadi binaan ENI penjualan tidak begitu besar, kalau sekarang 100 kotak saja pembeli masih minta repeat order lagi karena kehabisan," ujar perempuan kelahiran Duri, Riau pada 28 Oktober 1982 tersebut.
Beberapa tahun belakangan, Erna juga mengatakan, omzet yang didapatkan telah mengalami peningkatan. Kini, dalam sebulan ia bisa memperoleh Rp 5-10 juta, bahkan lebih jika mengikuti event/pameran. Belum lagi bila ada kunjungan dari pejabat TNI Kodam VI/Mulawarman, maupun dari pusat hingga instansi lain, produknya kerap diborong habis.
"Semoga produk Rempah Handil ini bisa semakin dikenal luas dan diterima oleh masyarakat Indonesia," harapnya. Pada Oktober 2022, ibu dari Maulana Nur Irwansyah, Rinda Erra Cahyani, dan Muhammad Restu Erra Nur Rafi ini memenangkan Lomba Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) PKK Tenggarong, mewakili Kecamatan Muara Jawa. (ndu/k15)