SAMARINDA - Perekonomian Kaltim tahun ini diprediksi kembali menguat pada rentang 4,30-5,10 persen (year on year/yoy). Peningkatan dari sisi produksi utamanya berasal dari lapangan usaha utama Kaltim antara lain pertambangan, industri pengolahan, konstruksi, pertanian, dan perdagangan. Sementara dari sisi pengeluaran, peningkatan kinerja ekonomi didorong pertumbuhan positif pada seluruh komponen pembentuk utamanya, seperti ekspor, investasi, dan konsumsi rumah tangga.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Ricky P Gozali mengatakan, kembali menguatnya ekonomi Kaltim pada 2023 didukung oleh kegiatan ekonomi dan dunia usaha yang semakin kondusif dibanding tahun sebelumnya. Seiring pencabutan kebijakan PPKM secara nasional dan masih tingginya permintaan komoditas utama Kaltim di pasar global.
“Lapangan usaha pertambangan diperkirakan melanjutkan pertumbuhan di tengah membaiknya rantai pasok komoditas energi global,” tuturnya, Minggu (12/3). Kinerja lapangan usaha pertambangan akan tumbuh menguat sejalan dengan kenaikan target produksi industri pertambangan dan ekspor nasional dibandingkan tahun sebelumnya di tengah harga batu bara yang masih berada di level tinggi.
Dari sisi permintaan, peningkatan permintaan kebutuhan energi batu bara baik dari sisi domestik, maupun ekspor turut menjadi faktor pendorong seiring dengan berangsur membaiknya kondisi perekonomian domestik maupun global jika dibandingkan tahun sebelumnya. “Namun demikian, pertumbuhan kinerja lapangan usaha pertambangan yang lebih tinggi tertahan beberapa faktor baik dari sisi domestik maupun global,” ungkapnya.
Fenomena La Nina diprakirakan masih terjadi dalam triwulan I 2023 menyebabkan kondisi cuaca yang kurang kondusif dan keterbatasan ketersediaan alat berat pertambangan dari sisi supplier sehingga menghambat produksi batu bara. Dari sisi global, dinamika perdagangan batu bara antara Australia dan Tiongkok akan memengaruhi harga dan arah rantai pasok batu bara dunia yang juga akan berpengaruh terhadap pasar ekspor batu bara Kaltim.
Kinerja lapangan usaha industri pengolahan diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Sejalan dengan rencana peningkatan produksi migas sejalan masih relatif tingginya harga komoditas migas. Normalisasi aktivitas ekonomi baik global maupun domestik berdampak terhadap peningkatan permintaan komoditas industri pengolahan Kaltim.
Industri pengolahan migas diprakirakan melanjutkan penguatan dari sisi produksi baik komoditas gas alam maupun minyak bumi, dipicu harga komoditas yang masih relatif tinggi pada harga USD 20,15 per mmbtu dan USD 80,41 per bbl.
Lebih lanjut, komoditas CPO juga diprakirakan mendorong peningkatan kinerja industri pengolahan, seiring dengan level harga yang kompetitif dan permintaan yang solid baik domestik maupun ekspor jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. “Secara rata-rata, harga komoditas CPO Internasional berada di level harga yang lebih tinggi dibanding periode sebelumnya,” jelasnya.
Rata-rata harga CPO Internasional pada 2022 tercatat mencapai USD 1.275,99 per MT lebih tinggi dari rata-rata periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar USD 1.130,58 per MT. Selain pertambangan dan industri pengolahan, kinerja lapangan usaha konstruksi juga diprakirakan tumbuh positif, lebih tinggi dari periode sebelumnya.
Kontributor utamanya bersumber dari berlanjutnya pengerjaan proyek strategis multiyears existing antara lain Refinery Development Master Plan (RDMP) RU V, Pabrik Amonium Nitrat Bontang, Bendungan Sepaku – Semoi, dan preservasi berbagai ruas jalan nasional.
Proyek strategis nasional IKN diprakirakan semakin masif dengan nilai proyek lebih besar, dibandingkan tahun sebelumnya sejalan dengan persiapan sarana dan prasarana dan infrastruktur IKN yang direncanakan mulai digunakan pada 2024. Selain proyek strategis tersebut, berbagai proyek di level korporasi juga turut mendorong prospek lapangan usaha konstruksi, seperti penambahan atau pembangunan pabrik pengolahan dan infrastruktur perusahaan tambang.
Dari sisi ketersediaan tenaga kerja, vaksinasi yang gencar dan pencabutan PPKM secara nasional menjadi faktor pendukung kelancaran mobilitas tenaga kerja sehingga meningkatkan pace konstruksi di Kaltim. Selanjutnya, kinerja lapangan usaha pertanian dan lapangan usaha perdagangan diprakirakan tumbuh positif seiring dengan membaiknya permintaan.
“Membaiknya seluruh lapangan usaha di Kaltim tentunya akan memperkuat ekonomi Kaltim pada 2023,” pungkasnya. (ndu/k15)
Catur Maiyulinda
@caturmaiyulinda