Fasilitas lengkap dan akses mulus bikin Karimun Jawa mudah dinikmati. Perjalanan juga menyenangkan, meskipun bepergian sendiri.
NOFIYATUL CHALIMAH, Karimun Jawa
LOKASI Kepulauan Karimun Jawa, masuk di Jepara, Jawa Tengah. Dari Pelabuhan Kartini yang ada di Jepara inilah, biasanya warga dan turis menyeberang ke Karimun Jawa. Bagi warga Samarinda, ada dua opsi menuju Jepara. Pertama penerbangan via Jakarta atau Surabaya. Tetapi, paling dekat, naik penerbangan ke Semarang via Balikpapan. Sebab, hanya tiga jam menuju Jepara.
Jika dari Surabaya, ada bus patas yang rutenya ke Jepara dari Stasiun Bungurasih dengan lima sampai enam keberangkatan tiap hari. Harga tiketnya sekitar Rp 165 ribu. Kalau mau tidak repot, bisa pakai mobil travel yang harganya bisa hampir 3 kali lipat. Perjalanan sekitar delapan jam.
Sedangkan dari Jakarta, Anda bisa naik bis yang banyak pilihannya untuk sampai Jepara. Ada bus eksekutif yang nyaman dan dihargai Rp 270 ribu sampai Rp 350 ribu. Durasi perjalanan 12 jam dengan satu kali makan. Saya sendiri berangkat ke Jepara dari Jakarta dengan bus eksekutif seharga Rp 270 ribu dari Terminal Grogol, Jakarta.
Bus nyaman, jalan mulus, bikin saya pulas tertidur. Hingga saya di alun-alun Jepara pada pukul 7 malam. Saya pun menuju tempat menginap semalam di kawasan Pantai Kartini.
Dari penginapan, saya jalan kaki ke pelabuhan. Dari sini saya sudah difasilitasi agen open trip, yang saya pesan. Hanya bayar Rp 775 ribu untuk transportasi kapal feri selama 5–6 jam dari Jepara-Karimun Jawa pulang pergi. Termasuk penginapan 3 hari 2 malam, makan pagi dan siang, serta kapal untuk hopping island. Opsi lain sebenarnya, dengan kapal express hanya 2-3 jam pulang pergi tetapi lebih mahal Rp 250 ribu.
Saya berangkat dengan kapal feri. Setelah enam jam, saya sampai di pelabuhan. Tour guide sudah menunggu, namanya Mas Cemong. Di trip ini, saya berkenalan dengan tujuh peserta lainnya.
Setelah beristirahat, dengan bermotoran kami menuju destinasi pertama, yaitu Pantai Bobbi. Tak sampai 10 menit dari penginapan. Pantai di sini berpasir halus, air jernih hijau kebiruan, dan tenang tak berombak besar. Beberapa spot foto tersedia. Ada rumah pohon, ayunan, dan pondok di atas air. Wajib coba ayunannya, tapi tetap harus hati-hati. Tour guide akan menawarkan kalian ayunan tersebut. Jangan lupa pegangan erat ya.
Setelah puas bermain-main, kami menuju titik kedua, yaitu bukit ikonik yang wajib jadi spot foto di Karimun Jawa. Di bukit ini, tak hanya spot foto dengan tulisan Karimun Jawa, tapi juga bisa memandangi Karimun Jawa dari ketinggian.
Setelah berfoto, tidak bisa lama-lama. Kami harus segera ke spot berikutnya untuk mengejar matahari terbenam. Jaraknya hanya 15 menit. Kami menuju Pantai Tanjung Gelam. Di sini pasir putih juga siap menyapa. Air pun tenang. Di pantai ini, yang ikonik adalah pohon kelapa miring yang jadi spot foto. Selain itu, ada Banana Boat yang bisa jadi momen keseruan. Jadi, di hari pertama harus bawa baju ganti. Biar bisa puas main di pantai.
Sayangnya, hari itu cuaca lagi tak bersahabat. Mendung bikin matahari tak mau nampak. Kami pun kembali ke penginapan. Langit pun sudah gelap, waktunya berburu seafood segar. Kami menuju alun-alun Karimun Jawa. Di sini, berjajar pedagang makanan dan oleh-oleh. Para ibu penjual akan menyambut kalian dengan hamparan aneka ikan, udang, cumi, hingga kepiting.
Di alun-alun itu, saya berbincang dengan warga setempat. Dia menyarankan saya mencoba pindang serani dan ikan bakar serepeh yang khas Karimun Jawa. Tetapi maaf, si cumi sudah kadung bikin saya tergiur dan sedang diolah.
Saya pun menutup petualangan hari itu dengan cumi bakar dengan nasi panas seharga Rp 40 ribu. Sambal jeruk juga bikin saya makan lahap, buat amunisi petualangan menyelami laut Karimun Jawa siap ditembakkan esok hari. (bersambung/ndy/k8)