
SAMARINDA–Sebuah gerakan dicetuskan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda atas dorongan dari pihak ketiga, yakni salah satu event organizer (EO) di Samarinda, bertajuk Geraka Mendaur Ulang Sampah Samarinda (Gemass). Kegiatan itu diluncurkan Wali Kota Samarinda Andi Harun, Kamis (9/3).
Kepala Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Samarinda Nurrahmani menerangkan, kerja sama itu digagas ketika dirinya masih menjabat di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda. Sebagaimana diketahui, Rabu (9/3), dia dilantik Andi Harun sebagai kepala Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian. “Selama ini EO tersebut menyediakan bahan ajar bagi sekolah. Kemudian mereka menghubungi DLH dan menawarkan kerja sama untuk daur ulang sampah agar dijadikan bahan bernilai ekonomi, bahkan dan siap memasarkannya. Kami setuju,” ucapnya, Kamis (9/3).
Ketika anak-anak diminta membuat prakarya bentuk rumah, selama ini membeli kardus jadi. Nantinya, ke depan, akan dibuat sejenis papan dari daur ulang koran bekas. “Itu yang akan dilatih membuat bahan yang berstandar baik dan layak jual,” ucapnya.
Untuk memperlancar kegiatan itu, pemkot menggelontorkan dana Rp 100 juta untuk pelatihan dan pendampingan kepada 100 orang, yang dipilih ketua RT melalui lurah dan camat. Bahwa itu juga sejurus dengan tema peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2023, Tuntas Kelola Sampah untuk Kesejahteraan Masyarakat. “Makanya dalam pelatihan itu semua kalangan dilibatkan dari murid SD hingga dewasa. Tujuan akhirnya selain mengelola sampah, juga mendapat manfaat ekonomi dari hasil daur ulang,” ucapnya.
Dia menambahkan, kaitan dengan dinas baru yang dipimpin, dirinya akan membuat program untuk memasarkan produk hasil daur ulang agar bisa dikenal di kancah nasional hingga internasional. “Suvenir-suvenir untuk perwakilan daerah yang datang berkunjung akan menggunakan hasil daur ulang,” tegasnya.
Andi Harun mengapresiasi kegiatan tersebut, bahkan dari sisi pendidikan, dia mendorong Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) untuk memasukkan edukasi mendaur ulang sampah dalam mata pelajaran muatan lokal. Dengan demikian, anak-anak diajarkan kepedulian pengelolaan sampah, sehingga ketika beranjak dewasa, terbentuk komunitas atau sumber daya manusia (SDM) yang sadar pengelolaan sampah. “Itu juga banyak digaungkan negara-negera maju dan berkembang. Pemerintah tidak lagi bicara bagaimana teknologi pengelolaan sampah, karena itu berada di muara. Namun, sejak dini ditanamkan kebiasaan dan pengelolaan sampah, yang dapat memberi nilai ekonomi, hingga membuka lapangan pekerjaan baru,” sambungnya.
Program pelatihan nantinya diharap bisa membentuk wirausaha baru, yang juga sejalan dengan 10 program unggulannya. “Menciptakan 10 ribu wirausaha baru. Semoga memberi dampak baik bagi semua,” tutupnya. (adv/dra/k8)