Dwi Restu
Jurnalis Kaltim Post
INTIMATE wedding, pernah populer kala pandemi menghantam, khususnya di Indonesia. Banyak dari pasangan yang berencana melangsungkan pernikahan dengan membuat hajatan besar, harus urung dilakukan, karena pemerintah memberikan batasan banyaknya orang berkumpul. Saat itu penyebaran Covid-19 sedang benar-benar menggila.
Perlahan pandemi berlalu. Aturan tak seketat dulu. Berbagai acara pernikahan mulai kembali ramai. Job-job wedding organizer hingga MUA kembali mengalir. Menghidupkan para pegiat di bidang itu bak kembali menemukan nyawanya. Namun, belakangan yang lagi ramai di jagat dunia maya adalah nikah dengan konsep sederhana.
Direct Message masuk ke Instagram saya. Jelas dari teman saya yang sudah saya anggap sebagai saudara. Maklum, kami dari sekolah tingkat dasar selalu bersama. Kebetulan juga sama-sama belum berkeluarga. Isi pesannya adalah konsep nikah mudah di KUA. Sejatinya bukan hal baru. Namun, belakangan pula ramai pasangan muda-mudi justru memilih nikah mudah dan murah. “Lek, bisa ini dicontoh,” ujar sahabat saya.
Setelah “berselancar” lebih dalam soal nikah mudah dan murah di KUA yang kini jadi tren, ternyata membuat pikiran sedikit terbuka. Bahwa nikah dengan ala kadarnya bukan menurunkan harkat keluarga sih. Karena sejatinya pernikahan bukan untuk satu atau dua hari, tapi untuk selamanya. Karena menyikapi omongan orang enggak bakal ada habisnya sih. Pasti ada saja yang ngomong miring soal nikah mudah dan murah. Seenggaknya tren nikah di KUA justru tak banyak mengeluarkan biaya.
Cukup menyelesaikan persyaratannya, ikuti prosesnya, dan nikmati acaranya. Toh nikah di KUA enggak bikin kantong “bengkak”. Meski ada saja yang memang berpandangan bahwa dari kalangan keluarga berada. Semua punya persepsi masing-masing.
Ini tentu jadi opsi yang tepat saat ini bagi pasangan yang ingin melangsungkan pernikahan. Tak perlu gengsi sih. Karena pernikahan bagi saya adalah setelah dinyatakan sah begitu selesai membaca ijab qabul. Dunia pernikahan kata orang banyak suka dukanya. Bayangkan jika melangsungkan pernikahan dengan konsep megah, namun di belakang ada bayang-bayang utang sana-sini. Sungguh, hal yang tidak diinginkan. Kata orangtua saya dulu, kalau nikah dengan konsep megah, bahagianya sehari, setelahnya pusing tujuh keliling.
Jalan mudah menikah ini tentu sangat membantu. Enggak perlu memikirkan omongan “kanan-kiri”, karena setelah menjalani pernikahan banyak “roller coaster” yang luar biasa. Tren ini disebut gerakan kesederhanaan. Yang kini memang semakin ramai digaungkan. Saya pun inginnya demikian, selain berhemat, kehidupan saat menikah pasti lebih banyak. Ketimbang “dihantui” utang, lebih baik hidup kesederhanaan. (*)