MENDUKUNG program penurunan stunting di Balikpapan, seluruh Posyandu mulai diaktifkan kembali. Hal itu disampaikan Ketua Tim Penggerak PKK Kota Balikpapan, Nurlena Rahmad Mas'ud. Menurutnya, penanganan stunting di Balikpapan harus menjadi prioritas. Stunting masih menjadi tantangan pemerintah kota.
“Menekan angka stunting tentu butuh upaya. Dari kami, berencana mendorong supaya posyandu yang ada bisa aktif. Kami tengah mendata Posyandu mana saja yang tidak aktif,” terangnya, Kamis (1/2).
Menurutnya, melalui Posyandu, program dan monitoring di lapangan bisa dilakukan. "Jadi posyandu yang kemarin tidak jalan akan diaktifkan kembali dengan kader-kader kita di PKK. Insya Allah di tahun 2023 ini kita akan terjun ke lapangan langsung. Supaya tambah ditekan lagi angka stunting-nya," kata Nurlena.
Selain itu, pihaknya juga akan turun ke sekolah-sekolah serta perguruan tinggi untuk edukasi terkait upaya pencegahan stunting.
“Jadi sebelum masuk masa menikah, harus diberikan sosialisasi terlebih dahulu bagaimana kalau nanti berencana berumah tangga, maka harus mengonsumsi vitamin agar proses reproduksi dan bayinya sehat,” kata Nurlena.
Berdasarkan data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), jumlah kasus stunting di Kota Balikpapan yang semula 17 persen naik menjadi 19 persen.
Kepala DP3AKB Balikpapan, Alwiati mengatakan, naiknya jumlah kasus stunting di Kota Balikpapan ini menjadi perhatian serius Pemerintah Kota Balikpapan.
Sebab Berdasarkan data dari masing-masing Puskesmas di setiap kelurahan, jumlah kasus stunting di Kota Balikpapan justru mengalami penurunan. Dari yang semula mencapai 2.190 kasus pada 2021, turun menjadi 1.458 kasus pada tahun 2022. (ms)
AJIE CHANDRA
[email protected]