SAMARINDA–Beberapa faktor akan memengaruhi peningkatan harga minyak sawit pada 2023. Salah satunya perang antara Rusia dan Ukraina. Perang kedua negara itu masih memberikan tantangan kepada industri sawit. Salah satunya dari sisi permintaan global. Namun, bisnis kelapa sawit diprediksikan masih akan bersinar tahun ini.
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammad Sjahdjafar mengatakan, harga crude palm oil (CPO) tetap mengacu harga minyak dunia. Sehingga pengaruhnya ke permintaan pasar. Semua itu turut dipengaruhi dari situasi konflik Rusia dan Ukraina.
“Itu yang membuat tidak banyak orang yang mampu memprediksi keadaan pasar minyak nabati tahun ini. Permintaan global yang fluktuatif akan menyebabkan harga juga tidak bisa stabil,” jelasnya, Minggu (29/1).
Menurut dia, kecuali Pemerintah Indonesia bisa menciptakan pasarnya sendiri untuk kelapa sawit. Maka kemungkinan pertumbuhan besar sektor itu bisa terjadi lebih baik. Sebab, saat ini industri kelapa sawit banyak untuk keperluan ekspor. Sedangkan pasar domestiknya belum besar.
Itu yang membuat permintaan kelapa sawit sangat bergantung keadaan internasional. Salah satunya perang Rusia dan Ukraina. Bisa saja harga menurun akibat dari perang tersebut. Namun seiring banyaknya tantangan, para pelaku industri kelapa sawit juga terus mempersiapkan diri. Entah itu inovasi atau cost efisiensi, dan lainnya.
Meski diakui, perang Rusia dan Ukraina yang sudah berlangsung hampir setahun itu berdampak pada peningkatan salah satu harga komoditas ekspor unggulan Kaltim. Walaupun tetap terjadi fluktuasi pada bulan tertentu.
Harga CPO sempat menurun pada November 2022 turun sedalam 29,46 persen (yoy), dari USD 1.340 per metrik ton (mt) menjadi USD 945,7 per mt. Sementara pada Januari 2023, harga CPO berada di level USD 1.022 per ton.
“Kenaikan tersebut terjadi akibat disrupsi pasokan komoditas. Pasalnya, Rusia dan Ukraina, yang merupakan pemasok pupuk dan minyak biji bunga matahari (sunflower) menahan stoknya,” ungkap dia.
Menurut dia, sebenarnya dalam berbisnis yang terpenting adalah kestabilan harga. Agar mudah memprediksi arah. Perang Rusia dan Ukraina menyebabkan fluktuasi harga yang tidak bisa diprediksi. Peningkatan harga saat ini diyakini akan membuat penurunan harga secara tiba-tiba. Sehingga mempersulit perhitungan bisnis. Faktor-faktor eksternal itu yang masih menjadi tantangan industri kelapa sawit pada 2023.
Namun, karena CPO dan produk turunannya beragam menjadi produk yang sangat diperlukan masyarakat. Dengan begitu, terlepas dari kondisi apapun, permintaan CPO akan terus ada. Dari sisi volume dipastikan bisa meningkat. Tetapi dari sisi harga belum bisa diprediksi karena dipengaruhi oleh berbagai hal.
“Kalau saya bilang faktor eksternalnya masih mendominasi tahun ini. Tapi kita tetap optimistis. Meski di tengah banyaknya tantangan, sektor kelapa sawit masih akan tumbuh baik tahun ini,” terangnya. (rom/k8)
CATUR MAIYULINDA
@caturmaiyulinda