Puncak Australia Terbuka dari sektor tunggal putri akan tersaji petang ini. Mempertemukan dua petenis perempuan dengan kemampuan power yang mengagumkan.
FINAL tunggal putri di Rod Laver Arena, Melbourne akan mempertemukan petenis nomor 5 dunia Aryna Sabalenka dan juara bertahan di Wimbledon, Elena Rybakina. Sebuah final yang ideal, mengingat mereka melaju hingga pertandingan terakhir dengan catatan yang luar biasa.
Sejak Australia Terbuka dimulai pada 8 Januari 2023, Sabalenka belum sekalipun kehilangan set. Rybakina pun tak ketinggalan moncernya. Bedanya, dia hanya kehilangan satu set. Keberhasilan keduanya untuk tampil dominan di setiap laga, disebut-sebut karena power yang mereka miliki.
Rybakina unggul berkat pukulannya yang lurus dan akurat, berkat mengandalkan timing yang baik. Begitu juga Sabalenka yang memiliki karakter pukulan lebih berat hingga membuat desingan bola jauh lebih berbobot saat memantul di lapangan lawan.

Aryna Sabalenka.
Duel yang mempertemukan kekuatan itu sejatinya sudah pernah tersaji pada Wimbledon 2021 ketika mereka bertemu di putaran keempat. Kala itu Sabalenka menang dengan skor 6-3, 4-6, dan 6-3. Adapun pertemuan terakhir mereka di lapangan keras terjadi di Abu Dhabi pada tahun yang sama. Lagi-lagi Sabalenka menang dengan 6-4, 4-6, 6-3.
Sabalenka mengatakan, perubahan ini adalah buah dari keinginannya memperbaiki kesalahan. Di ajang yang sama pada tahun lalu, dia berkali-kali melakukan double fault. Keteledorannya di fase servis itu kemudian melecutnya untuk lebih baik. Hingga kini dia membuktikan diri bisa memenangkan 20 set berturut-turut.
"Saya mencoba untuk mengurangi teriakan setelah beberapa poin buruk atau beberapa kesalahan," kata Sabalenka. "Saya hanya berusaha menahan diri, tetap tenang, pikirkan saja poin selanjutnya,” jelas petenis Belarus itu. "Aku masih berteriak 'ayolah' dan sebagainya. Menurutku tidak membosankan menontonku. Hanya sedikit emosi negatif," urai petenis 24 tahun itu.
Kemampuan mengendalikan diri itu tidak lepas dari peran psikolog olahraga yang mendampinginya selama ini. Menurut dia, berbagai treatment yang dia jalani sukses membuatnya bisa mengelola emosi lebih baik saat bertanding. "Saya menyadari bahwa tidak ada orang selain saya yang akan membantu," kata Sabalenka. "Saya berbicara dengan psikolog saya, dan dia mengatakan, 'Dengar, saya merasa seperti saya harus menghadapinya sendiri, karena setiap kali berharap seseorang akan memperbaiki masalah saya, itu tidak memperbaiki masalah saya’.”
"Saya hanya harus mengambil tanggung jawab ini dan saya hanya harus menghadapinya," terang juara Amerika Serikat Terbuka 2019 dan Australia Terbuka 2021 itu.
Sementara itu, Rybakina dengan segala modalnya, dia bisa tampil lebih percaya diri menuju final besar keduanya dalam tujuh bulan terakhir. Terutama dari urusan servis. Sukses menaklukkan petenis nomor satu dunia saat ini, Iga Swiatek di putaran keempat, tidak lepas dari kemampuannya melepaskan bola pertama.
Sejatinya saat menghadapi Swiatek, servisnya dipatahkan dua kali. Tetapi menurut data WTA, 32 persen servisnya tak mampu dikembalikan. Begitu juga saat menghadapi Victoria Azarenka di semifinal, di mana servisnya dipatahkan tiga kali, namun 36 pukulan pertamanya tak mampu dikembalikan.
Dia mengatakan, lompatan besar itu ketika di Wimbledon, hingga dia mampu juara juga di sana. Dengan pengalaman itu, Rybakina mengakui perjalanannya ke final di Melbourne jauh lebih mudah, meski harus menghadapi tiga juara utama berturut-turut untuk melakukannya. "Semuanya baru di Wimbledon," kata Rybakina. "Sekarang saya kurang lebih mengerti apa yang diharapkan.”
"Ini gugup, tidak peduli apa karena ini final. Atau semifinal, Anda selalu gugup sebelum pertandingan. Tapi kali ini saya pikir saya lebih fokus pada pertandingan, apa yang harus saya lakukan, dan mungkin tidak memikirkan apa yang akan datang atau apa yang akan terjadi di sekitar," pungkas dia. (ndy/k8)