JAKARTA – Investasi sektor industri terus meningkat meski di tengah dinamika geopolitik dunia. Hal itu dinilai sebagai sinyal bahwa Indonesia masih menjadi negara tujuan investasi bagi para pelaku manufaktur nasional maupun global. Sepanjang 2022, industri meraup investasi senilai Rp 497,7 triliun.
”Capaian tahun lalu naik sebesar 52 persen dibandingkan 2021. Manufaktur masih menjadi penyumbang penanaman modal terbesar dibandingkan sektor lainnya. Investor masih melihat bahwa Indonesia is good for business and investment,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta kemarin (26/1).
Merujuk data Kementerian Investasi/Badan Koordinator Penanaman Modal, pada Januari–Desember 2022, total investasi di tanah air mencapai Rp 1.207,2 triliun. Berdasar pembentukan modal bisnis, penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencapai Rp 552,8 triliun atau sebesar 45,8 persen. Sedangkan penanaman modal asing (PMA) Rp 654,4 triliun atau 54,2 persen dari total investasi sepanjang 2022.
Dari total keseluruhan investasi, subsektor manufaktur yang berkontribusi paling besar adalah industri logam dasar, barang logam, serta bukan mesin dan peralatannya yang mencapai Rp 171,2 triliun. ’’Capaian gemilang ini tidak terlepas dari jalannya kebijakan hilirisasi industri. Salah satunya, upaya penghiliran nikel yang tengah dipacu dalam mendukung percepatan pembangunan ekosistem kendaraan listrik dengan pengembangan pabrik baterainya,” imbuh Menperin.
Subsektor kimia dan farmasi juga berada dalam lima besar investasi PMDN dan PMA, yaitu mencapai Rp 93,6 triliun. Sementara itu, industri makanan dan minuman menjadi yang paling tinggi berkontribusi pada investasi PMDN, mencapai Rp 54,9 triliun atau 9,9 persen terhadap investasi PMDN.
Penanaman modal tersebut membawa dampak luas bagi perekonomian nasional. Salah satunya, penyerapan tenaga kerja. Lapangan kerja dari penambahan investasi sepanjang Januari–Desember 2022 tercatat menyerap 1,3 juta tenaga kerja. ’’Kami berharap peningkatan investasi, terutama pada sektor industri, dapat berdampak pada penyerapan tenaga kerja lokal di masing-masing daerah serta mampu menggerakkan sektor industri kecil di daerah-daerah yang menjadi tujuan investasi tersebut,” tuturnya.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, apabila dilihat dari berbagai parameter, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini akan lebih banyak digerakkan sektor industri primer. Yang meliputi pertambangan, pertanian, dan perikanan. Sebagian sektor jasa juga diperkirakan mengalami pertumbuhan positif, khususnya untuk jasa transportasi dan pariwisata.
”Sektor-sektor ini diuntungkan karena normalisasi penuh terhadap mobilitas masyarakat di dalam dan luar negeri,” ujarnya.
Shinta menambahkan, appetite investasi pada tahun ini masih cukup baik dan berpotensi tumbuh secara moderat. Sebab, Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang secara komparatif cukup stabil dan mumpuni untuk mendukung pertumbuhan investasi.
”Dalam hal ini, kami mengapresiasi pemerintah yang terus berupaya mempertahankan stabilitas makro dan konsisten mengupayakan reformasi struktural untuk mendongkrak daya saing iklim investasi nasional,” tandasnya. (agf/c7/dio)