Banjir di kawasan Jalan Slamet Riyadi hingga perumahan Karpotek, Kelurahan Karang Asam Ulu, Kecamatan Sungai Kunjang, menjadi momok yang kerap menghantui kala hujan deras. Seperti pada Selasa (17/1) dari turunan Jembatan Mahakam, kendaraan disambut banjir setinggi lebih 50 cm, dari depan SMP 10 hingga gudang Bulog, lalu lintas nyaris lumpuh.
SAMARINDA–Begitu pula di depan Polresta Samarinda hingga depan Gang 6 Jalan Slamet Riyadi, Kelurahan Karang Asam Ilir. Banjir juga merendam permukiman Karpotek. Dari catatan kelurahan Karang Asam Ulu, ada 11 RT terdampak banjir. Atas kondisi itu, konsultan masterplan banjir Samarinda Eko Wahyudi menerangkan bahwa kedua kawasan memilik satu sumber limpasan yang sama, yakni area pergudangan. Ketika pemkot mau melakukan intervensi, agar mengidentifikasikan permasalahan secara komprehensif, dari hulu hingga hilir. “Banjir kawasan itu akibat pembukaan lahan di area pergudangan yang sporadis tanpa mempertimbangkan pengendalian banjir. Air dari kawasan tersebut hanya mengandalakan drainase lingkungan, makanya area sekitar kawasan itu kerap banjir,” terangnya, Kamis (26/1).
Banjir yang terjadi terbagi beberapa segmen. Pertama, kawasan perum Karpotek. Bahwa dahulu area itu merupakan rawa yang dibangun permukiman untuk relokasi warga dari tepian Sungai Mahakam. Limpasan air berasal dari area perbukitan dekat pergudangan dan limbah rumah karena padatnya perkembangan permukiman. ”Drainase juga bermasalah cenderung datar selevel dengan Sungai Mahakam,” ungkapnya.
Kedua, banjir di depan Jembatan Mahakam dan Mahakan Town Square (Matos), limpasan berasal dari pergudangan, yang terbagi dua jalur, seperti Jalan Ir Sutami dekat kantor Telkom dan aliran melimpas menuju Gang Mujahidin. Bahwa aliran air melimpas melalui drainase di samping SMP 10 menuju crossing drainase yang bermuara di Sungai Mahakam. “Saluran itu tidak lancar, kondisi crossing drainase sudah buntu. Ukurannya tidak ideal sekitar 1-2 meter saja. Seharusnya di atas 3 meter,” ucapnya.
Begitu juga pada saluran di Gang Mujahidin melimpas ke crossing drainase di bawah badan jalan menuju area parkir depan Hotel Harris. Kondisinya juga kecil dan nyaris buntu. “Aliran Gang Mujahidin sebagian terbuang melalui saluran depan gudang Bulog menuju Sungai Mahakam,” sambungnya.
Ketiga, Eko menyebut pada segmen depan Polresta Samarinda, di mana terdapat dua sumber limpasan, yakni dari pergudangan yang mengalir sebagian melalui Gang Mujahidin hingga ke belakang gudang Bulog samping Polresta. Serta limbah rumah tangga permukiman di Jalan Adam Malik itu sendiri. “Itu juga salurannya kecil dan perlu diperlebar,” jelasnya.
Untuk perum Karpotek salah satu solusinya yang perlu dilakukan yakni perlebaran drainase hingga perbaikan saluran outlet sangat kecil. Selain itu, kawasan permukiman saat ini sudah harus mempertimbangkan pengelolaan pembuangan limbah rumah tangga, seperti bekas minyak, agar tidak lagi dibuang ke drainase. “Minyak jelantah itu membuat gumpalan dan sedimentasi, sehingga saluran buntu. Makanya harusnya dikelola,” jelasnya.
Sedangkan untuk area depan Jembatan Mahakam agar pemerintah memikirkan pembuatan kolam retensi di hulu Gang Mujahidin, guna meretensi aliran pergudangan. Kondisinya pembukaan lahan seharusnya turut mempertimbangkan pengendalian banjir. “Bagitu juga perlu dipertimbangkan perlebaran drainase di Jalan Slamet Riyadi dengan collector drain hingga ke drainase utama. Makanya perlu koordinasi lintas sektoral dari pemkot, Pemprov Kaltim hingga pemerintah pusat baik BWS Kalimantan IV hingga BBPJN agar penanganan banjir di ‘pintu masuk’ Samarinda bisa ditangani segera,” kuncinya. (dra)
DENNY SAPUTRA
@dennysaputra46