Tidak ada yang bisa memilih bakal dilahirkan seperti apa. Pun seperti yang dialami Syirin Salsabila, dia hanya bisa menerima dengan ikhlas takdirnya sebagai penyandang tunanetra. Meski tidak bisa melihat sejak lahir, anak semata wayang pasangan Rofiah dan Arifin itu mampu mencetak prestasi hingga tingkat nasional.
ARIF ADI WIJAYA, Surabaya
TEPUK tangan penonton terdengar meriah setelah satu bait instrumental biola dimainkan dengan indah oleh Syirin Salsabila. Penonton yang berada di gedung Balai Pemuda Minggu (15/1) kemarin terlihat kagum dengan penampilan anak 13 tahun itu. Sayangnya, Syirin tidak bisa melihat wajah kagum para penonton saat tampil dalam kegiatan sosial edukatif bertajuk Charity Market-Living in Harmony.
Meski tidak bisa melihat, Syirin bisa merasakan euforia para penonton setelah penampilan pertamanya. Setelah bermain biola, siswa kelas VI SD Yayasan Pendidikan Anak-Anak Buta (YPAB) Tegalsari itu melantunkan lagu milik Yura Yunita berjudul Dunia Tipu-Tipu. Lagu dengan nada yang cukup menantang itu dibawakan dengan sangat apik.
Tak pelak, tepuk tangan penonton menggema lebih meriah. Syirin hanya bisa mendengar kemeriahan tersebut tanpa bisa melihat adanya penonton yang sampai berdiri memberikan apresiasi.
Rofiah, orang tua Syirin, hanya bisa tersenyum sambil menitikkan air mata. Perempuan 35 tahun itu tidak bisa menyembunyikan rasa haru karena bangga memiliki anak yang mendapat banyak apresiasi dari orang lain.
Warga Wonosari Lor Gang 3, Wonokusumo, Kecamatan Semampir, itu tidak menyangka anaknya memiliki bakat musik yang luar biasa. Rofiah mengungkapkan, anak semata wayangnya itu lahir prematur.
Saat itulah masalah muncul. Syirin mengalami retinopathy of prematurity (ROP). Retina matanya tidak ada atau belum terbentuk secara sempurna. Hal itulah yang membuatnya buta sejak lahir. ”Shock, kaget, pasti. Saya sampai nangis melihat kondisi anak saya saat itu,’’ ucapnya.
Karena itu, Syirin diikutkan pendidikan inklusi mulai jenjang taman kanak-kanak (TK). Saat itulah, Rofiah ingin memberikan pelajaran tambahan untuk Syirin. Di usianya yang masih 6 tahun, Syirin diikutkan les piano di Sraphim Music Studio di Jalan Sumatera.
’’Awalnya tidak pernah kepikiran kalau Syirin punya bakat di musik. Saya coba leskan saja,’’ kata Rofiah. Saat berusia 9 tahun, Syirin mulai belajar biola. Orang normal saja harus meraba nada untuk memainkan alat musik gesek tersebut. Untungnya, Syirin sudah memiliki ilmu dasar di piano.
Dari situlah kemampuannya bermain biola terasah. Hingga akhirnya, Syirin diikutkan kompetisi dalam Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FSL2N) yang digelar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada 2019.
Pada 2020, Syirin diikutkan ajang yang sama di tingkat nasional. Dia mendapatkan penghargaan harapan 3.
Sekarang banyak sekali undangan dari berbagai acara untuk Syirin tampil. Baik itu menyanyi atau bermain biola maupun bermain piano sambil melantunkan lagu. (jpc)