Dua puluh tiga tokoh yang dipandang berjasa dan berprestasi menerima penghargaan dari Pemprov Kaltim pada momen HUT ke-66 Bumi Etam. Apresiasi diserahkah Gubernur Isran Noor pada 5 Januari 2023, di Gedung DPRD Kaltim. Salah seorang di antara yang menerima penghargaan itu adalah Prof Abdul Rachim, yang dinobatkan sebagai tokoh pendidikan.
---
ABDUL Rachim berkeseharian sebagai dosen. Malang melintang di dunia akademis, mantan rektor Universitas Widyagama Mahakam Samarinda itu sudah menerbitkan 50 buku dan jurnal. Serta ratusan piagam dari mengikuti seminar atau workshop.
Salah satu autobiografinya berjudul “Kayuhan Anak Mahakam”. Dipublikasikan pada 2015, saat genap berusia 60 tahun. Rachim dengan bangga mengaku sebagai putra Kaltim yang lahir di DAS Mahakam.
Saat ini, Rachim aktif di Komunitas Masyarakat Pasar Pagi yang dibina Yoes Soetomo, pimpinan Senyiur Group Kaltim. Keduanya dahulu bertetangga. Dalam “Kayuhan Anak Mahakam”, Rachim menumpahkan kecintaannya pada dunia pendidikan dan pembangunan berwawasan lingkungan hidup.
Kecintaan terhadap pendidikan diwujudkan dengan aktif mengajar di sejumlah sekolah dan perguruan tinggi di saat masih menjadi ASN di lingkungan Pemkot Samarinda dalam rentang 1978-2009. Rachim meraih gelar profesor atau guru besar bidang Ilmu Ekonomi Pembangunan dan Keuangan Negara/Daerah pada 2008.
Pada pertengahan 2009, Rachim secara resmi pindah dari PNS Pemkot Samarinda ke ASN di lingkungan Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah XI Kalimantan, yang sekarang dikenal sebagai Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah XI Kalimantan. Dia ditugaskan di Universitas Widyagama Mahakam Samarinda. Dan saat ini, ditugaskan di Universitas Mulawarman di Samarinda, sebagai dosen PNS.
Saat menjadi PNS di lingkungan Pemkot Samarinda, lima jabatan eselon dua pernah diemban. Berkaitan dengan pendidikan, sebagai kepala Dinas Pendidikan Samarinda pada 2009. Pada tahun 1977-1981 menjadi guru pada SMEA Islam Cokroaminoto Samarinda, serta pada 1979-1990 menjadi guru di SMA Ki Hajar Dewantara Samarinda dan menjadi kepala sekolah pada 1985-1990.
Kemudian, pada 1979-1990 juga beraktivitas sebagai dosen IKIP Samarinda dan dekan FPIPS. Selanjutnya, aktif sebagai dosen Universitas Widyagama Mahakam Samarinda pada 1993-2021. Kemudian, menjabat rektor UWGM Samarinda dua periode sejak 9 Januari 2011 hingga 9 Juni 2019. Sejak 1 Januari 2022 menerima penugasan sebagai PNS dosen di Unmul.
Karier dan eksistensi Rachim di Kaltim, bukan hanya melaksanakan tugas pokok sebagai guru, dosen, atau pejabat di Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda. Saat menjadi kadisdik Samarinda, Rachim menetapkan dan melaksanakan sejumlah kebijakan untuk pemerataan kualitas pendidikan. Dari hanya terpusat di tengah kota pada sekolah unggulan, kemudian dikembangkan kepada sekolah di wilayah pinggiran. Dilakukan dengan cara seperti merotasi kepala sekolah cerdas ke daerah pinggiran Kota Tepian. Agar terjadi transfer kemajuan program unggulan pada sekolah tersebut.
Kebijakan lain, memberikan insentif lebih tinggi kepada guru yang berpikiran maju dan mulia, yang berkenan bertugas di sekolah pinggiran. Selanjutnya, melaksanakan pembangunan dan renovasi gedung sekolah pinggiran untuk keamanan dan kenyamanan proses belajar mengajar yang berwawasan lingkungan.
Selain itu, kebijakan yang membangun dan memberdayakan pegawai di lingkungan Disdik Samarinda melalui berbagai program pendidikan dan pelatihan. Karena tuntutan pendidikan mulai cakupan pemerataan, naik menjadi pendidikan berkualitas, kemudian akuntabilitas dunia pendidikan.
Sebagai pendidik secara teknis memberikan bimbingan nilai etika dan estetika serta teladan kepada murid, dan mungkin memberi manfaat bagi guru lain. Sebagai pengajar, sudah pasti memberikan ajaran baik dan buruk, serta mentransfer ilmu pengetahuan kepada para murid agar mampu memahami materi pelajaran dengan baik, dan mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang guru yang baik, sudah seharusnya dapat “digugu dan ditiru” oleh siapa pun, di mana pun, dan kapan pun.
Pendidikan dan pengajaran juga menjadi tugas utama sebagai dosen, selain sebagai peneliti dan pengabdian, yang dikenal dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sifatnya sama, hanya sasarannya mahasiswa yang memiliki tingkat lebih kepada pencarian jati diri dan pengembangan diri.
Tujuannya, agar mahasiswa dapat berpikir kreatif, inovatif, dan bertindak cerdas memasuki dunia kerja maupun mengembangkan usaha secara mandiri. Tugas kedua, melaksanakan penelitian, baik secara individu maupun kolaborasi dengan berbagai pihak dengan tetap menjunjung tinggi kaidah ilmiah akademis dan dapat dipertanggungjawabkan.
Saat ini, hasil penelitian harus dimuat atau dipublikasi pada suatu jurnal nasional atau internasional bereputasi dan terindeks oleh lembaga yang memiliki hak dan kewenangan, sebagai upaya transfer pengetahuan secara luas dengan autentikasi yang tidak diragukan melalui program cek plagiarisme atau tindakan yang melanggar hak atas kekayaan intelektual orang atau pihak lain, serta tindakan serupa lainnya.
Dharma ketiga adalah melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, dalam rangka mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki kepada masyarakat. Sebagai wujud turut mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai kompetensi yang dimiliki.
Saat ini, pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi juga mengharuskan hasil pelaksanaan pengabdian masyarakat untuk dipublikasi pada suatu jurnal nasional atau internasional.
Pada beberapa kesempatan, Rachim juga aktif menjadi pemateri pertemuan ilmiah, teknis, dan empiris terkait pendidikan. Bahkan menjadi saksi ahli pada beberapa kasus di tindak pidana korupsi (Tipikor) yang memerlukan pemikiran pakar dan guru besar, tentunya sesuai kompetensi yang dimiliki.
Hal ini dilakukan sebagai pelaksanaan kegiatan penunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi yang telah diuraikan sebelumnya. Tujuan utamanya, agar kampus tidak menjadi “menara gading” atau hanya sebatas monumen yang menjulang tinggi tetapi tidak bermanfaat bagi pemerintah, dunia usaha, hingga masyarakat sekitar yang luas.
Kegiatan penunjang lain yang dilakukan Rachim adalah menulis buku. Sudah puluhan buku jurnal ditulis dan diterbitkan. Baik buku ajar, buku penunjang, buku empiris, dan jenis lainnya.
Kecintaan kepada dunia pendidikan juga ditunjukkan dengan membangun sarana seperti sekolah untuk anak usia dini dan menengah. Serta majelis taklim untuk keluarga, rekan, dan masyarakat umum dalam hal pendidikan keagamaan.
Rachim juga membina sejumlah individu fresh graduate dan dosen muda untuk dapat turut menjadi pribadi yang mencintai dunia pendidikan. Dia juga terus menanamkan kecintaan pada dunia pendidikan kepada keluarga, rekan, dan generasi selanjutnya. Keluarga intinya dengan empat orang anak. Dua anak menjadi dokter spesialis, satu dokter umum saat ini melanjutkan jenjang magister kesehatan, dan satu anak ikut jejak orangtuanya dalam fokus Pendidikan Doktor Ekonomi. Bahkan, mendapatkan sertifikat financial planner dari Universitas Indonesia kerja sama dengan salah satu perguruan tinggi Amerika. Istrinya pun ternyata magister juga.
Melalui kecintaan kepada pendidikan dan keyakinan akan kekuatan ilmu pengetahuan, Rachim terus mengaplikasikan ide pembangunan berkelanjutan hijau dan smart. Seperti saat ini, sebagian besar penduduk Indonesia, khususnya Kaltim, mengetahui bahwa ibu kota negara (IKN) yang baru ditetapkan di Bumi Etam, khususnya sebagian PPU dan sebagian Kukar.
Hal ini menjadi pemacu stakeholders terkait di Kaltim, harus mampu memanfaatkan bonus demografi dengan sebaik-baiknya untuk dikembangkan dan diberdayakan melalui pendidikan berkualitas, berdaya saing, mampu berkolaborasi, dan mandiri agar sumber daya manusia yang menjadi support system wilayah hinterland IKN yang bernama Nusantara itu. Hari ini dan masa depan, SDM Kaltim harus semakin maju dan unggul.
Selanjutnya, pemikiran Rachim dalam pembangunan adalah perlu revolusi mindset atau pola pikir agar aparatur perangkat daerah, badan usaha milik daerah, hingga pemerintah desa harus melek kompetensi. Artinya, sadar dan bersedia membuka diri untuk memiliki kemampuan nyata dalam pembangunan daerah dan desa.
Harus menjadi perhatian bahwa stakeholder di Kaltim mesti respek kepada para pegawai dan karyawan yang berkeinginan meningkatkan kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan formal dan terprogram. Agar nantinya bisa terus memajukan daerah, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Perlu diingat, bahwa perkembangan dunia semakin cepat. Dari konvensional ke digital, lokal ke global, dan lainnya. Karena manusia bukanlah robot, atau program, atau aplikasi, maka manusia yang memiliki hati dan otak harus digunakan untuk merasakan sesuatu dan berpikir semakin baik dan maju.
Bahkan program, sistem, hingga aplikasi saja harus di-upgrade agar semakin baik, tangguh, dan unggul. Begitupun dengan manusia. Keduanya harus berkejaran dengan perubahan untuk mencapai level yang lebih tinggi.
Namun, anehnya, kadang di lingkungan kerja, ada yang ingin meningkatkan kompetensinya sesuai kebutuhan masa depan perusahaan dengan biaya sendiri, tapi izin tidak diberikan. Sebagai contoh Dr Reslianty Rachim, anak ketiga Prof Abdul Rachim. Dia pun memilih berhenti dan melanjutkan pendidikan di Australia mendalami keuangan perbankan dan bahasa Inggris. Selama 10 bulan, dia meyakini perubahan akan terjadi.
Rachim, pada 1990, menempuh Pendidikan Magister Ilmu lingkungan di Universitas Indonesia. Banyak yang tidak menghiraukan tujuan tersebut. Hal ini dikenal dengan pemimpin menjalankan teori kodok rebus di zona nyaman.
Sangat berbeda jauh antara langit dan bumi dengan pemikiran Gubernur Kaltim Isran Noor. Melalui satu hal kecil dan mudah serta biaya sangat murah, memberikan piagam penghargaan sebagai tokoh masyarakat dalam bidang seni budaya, keagamaan, pemberdayaan generasi, sosial kemasyarakatan, lingkungan hidup, kemanusiaan, pemuda dan olahraga, penggerak koperasi dan UMKM, pendidikan, kesehatan, dan segala aspek lainnya.
Rachim sangat mengapresiasi juga Badan Litbang Kaltim dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Ke depan, kriteria penilaian pasti lebih baik dan lebih banyak yang mendapatkan, mulai generasi tua sampai milenial yang berdedikasi kepada Kaltim secara khusus.
Sebagai informasi, Graeme Codrington & Sue Grant-Marshall, Penguin, pada 2004 mengemukakan teori generasi (generation theory) yang dibagi berdasarkan tahun kelahiran. Yaitu: (1) Generasi Baby Boomer, lahir 1946-1964; (2) Generasi X, lahir 1965-1979; (3) Generasi Y, lahir 1980-1995 atau sering disebut generasi milenial; (4) Generasi Z yang lahir 1996-2009 atau disebut juga i-Generation, GenerasiNet atau Generasi Internet. Serta (5) Generasi Alpha, dimulai dari 2010 (akhir dari generasi masih ambigu dan belum ditentukan).
Kelima generasi tersebut memiliki perbedaan tumbuh kembang kepribadian, tantangan, hingga kebutuhan layanan di masanya masing-masing nantinya. (pms/dwi/rdh/k15)