JAKARTA–Neraca perdagangan kembali mencatat surplus. Per November 2022, tercatat nilai ekspor yang lebih besar banding impor sebesar USD 5,16 miliar. ‘’ Ini merupakan surplus ke-31 bulan berturut-turut yang dicapai Indonesia sejak Mei 2020,’’ ujar Deputi Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) M. Habibullah di Jakarta, (15/12).
Dia melanjutkan, nilai ekspor bulan lalu membukukan USD 24,12 miliar sedangkan, impor sebesar USD 18,96 miliar. Ekspor nonmigas November 2022 terbesar adalah ke Tiongkok yakni USD6,28 miliar; disusul Amerika Serikat (AS), USD 2,10 miliar dan Jepang, USD1,90 miliar. Kontribusi ketiganya mencapai 44,73 persen. Sementara pengiriman barang ke Asean dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar USD4,25 miliar dan USD1,55 miliar.
Habibullah menyampaikan, hingga kini surplus neraca perdagangan masih ditopang oleh non migas, yang mencapai USD 6,83 miliar. Adapun komoditas penyumbang yakni bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja. Sementara, kontributor defisit adalah minyak mentah dan hasil minyak.
Berdasarkan negaranya, surplus terbesar yakni dengan AS dengan nilai USD 1,31 miliar. Rinciannya, perdagangan mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, pakaian dan aksesorinya (rajutan), serta pakaian dan aksesorinya (bukan rajutan). Disusul India yang membukukan USD 1,17 miliar. Komoditi penyumbang surplus dengan India yakni lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, serta bijih logam, terak dan abu.
Negara selanjutnya yakni Filipina dengan surplus USD 1,02 miliar. ‘’Komoditas utama bahan bakar mineral, kendaraan dan bagiannya serta lemak dan minyak hewan/nabati,’’ imbuh Habibullah.
Di sisi lain, perdagangan Indonesia mengalami defisit dengan tiga negara. Yaitu, dengan Australia sebesar USD 519 juta; Thailand, USD 321 juta; dan Brazil, USD 249 juta.
Sementara itu, Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan mengatakan, kinerja neraca perdagangan provinsi tersebut masih bertahan di kondisi defisit. November tercatat USD 682,55 juta. ’’Sebenarnya, defisit sektor non migas cukup kecil yakni USD 131,03 juta. Masalahnya, perdagangan sektor migas minus USD 551,52 juta,’’ jelasnya.
Selisih minus tersebut tidak sebesar rekor tahun ini. Yakni, defisit perdagangan internasional pada Juli yang mencapai USD 1,16 miliar. Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu sekitar USD 660 juta. ‘’Secara akumulatif, neraca perdagangan Jatim selama 11 bulan berjalan mencapai minus USD 8,53 miliar. Angka ini sudah tembus dua kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak USD 4 miliar,’’ bebernya.
Dari sisi ekspor, Jatim mencetak transaksi senilai USD 1,97 miliar. Angka itu naik sebesar 2,01 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Jika dikalkulasi secara year on year, tumbuh sebanyak 9,61 persen.
Sedangkan, impor November 2022 mencapai USD 2,65 miliar. Jumlah tersebut naik sebesar 3,49 persen dibandingkan realisasi Oktober. ’’Namun, jika dibandingkan dengan realisasi November 2021, kinerja impor sebenarnya turun sebesar 6,7persen,’’ paparnya. (dee/bil/dio)
Kinerja Perdagangan Internasional November 2022
Suprlus: USD 5,16 miliar
Suprlus dengan negara:
-AS (USD 1,31 miliar)
-India (USD 1,17 miliar)
-Filipina (1,02 miliar)
Defisit dengan negara:
-Australia (USD 519 juta)
-Thailand (USD 321 juta)
-Brazil (USD 249 juta)
Sumber: BPS