
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Samarinda tahun ini mengerjakan lima desain masterplan kawasan. Yakni Tepian Mahakam, Citra Niaga, kompleks balaikota, GOR Segiri dan Polder Hitam.
SAMARINDA-Saat ini kelimanya masih dalam proses penggarapan, lebih rincinya memasuki tahap focus group discussion (FGD). Pada tahap ini, jajaran OPD pemkot, pihak ketiga perusahaan hingga masyarakat ikut dilibatkan.
Kepala Dinas PUPR Samarinda Desy Damayanti melalui Kepala Bidang (Kabid) Cipta Karya (CK) Cecep Herly menyampaikan, dalam penyusunan masterplan tersebut pihaknya mengacu berbagai aspek, antara lain ekonomi, sosial, dan budaya, serta visi-misi Wali Kota Samarinda Andi Harun dan Wakil Wali Kota Rusmadi. “Diharapkan menjadi panduan pembangunan 5-10 tahun mendatang. Sehingga setelah ini rampung, pemerintah didorong membuat suatu payung hukum dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan,” ucapnya, Kamis (3/11).
Cecep menjelaskan, salah satu kajian yang diperhitungkan yang mengacu visi-misi wali kota yakni bagaimana kajian terhadap pengendalian banjir, yakni ketika kawasan tersebut mulai dibangun agar dapat merekayasa saluran drainase yang ada dalam jangka waktu panjang. Begitu juga terkait dengan arus lalu lintas yang akan terpengaruh ketika pembangunan tersebut dilaksanakan, misalnya pada Jalan Gajah Mada, saat ini penundaan kendaraan sekitar 36 meter, tetapi kajian untuk 5-10 tahun mendatang, dengan kondisi eksisting saat ini, penundaan bisa mencapai 200 meter. “Makanya ketika kami merevitalisasi kawasan Citra Niaga, kami menyiapkan kantong-kantong parkir sebagai pengalihan agar tidak ada lagi kendaraan yang parkir di tepi jalan,” jelasnya.
Begitu juga ketika mendesain kawasan Polder Air Hitam, selain desain bangunan, faktor keberadaan polder sebagai pengendali banjir, turut diperhitungkan. Ketika hujan, polder berfungsi memecah aliran air dari Jalan AW Syahranie sebagai area hulu saluran, agar tidak membuat kawasan bawah flyover Juanda tergenang. “Jadi bukan cuma bangunan saja tapi memaksimalkan fungsi kawasan juga menjadi faktor yang dikaji tim perencana,” ucapnya.
Dia menambahkan, dengan desain yang matang, memperhitungkan berbagai aspek kebutuhan, melibatkan keinginan masyarakat dan memadukan program berbagai OPD, diharapkan membuat kawasan tersebut menarik untuk dikunjungi. Namun, paling penting dalam rangka mempermudah kepala daerah untuk memasarkan ini terkait pembiayaan. “Bahkan kami juga mengkaji potensi pendapatan yang bisa diterima. Sehingga, tidak menutup kemungkinan pihak ketiga baik perusahaan maupun skema KPBU dapat masuk untuk berinvestasi di Kota Tepian,” ucapnya.
Dia menambahkan, masterplan tersebut menjadi momentum bagi ibu kota Kaltim mengejawantahkan pernyataan Samarinda sebagai kota penyangga ibu kota nusantara (IKN). Saat ini memang belum ada wujud kontekstual yang nyata dan jelas. “Makanya kami buat beberapa desain untuk kami tawarkan kepada stakeholder hingga ke pemangku kebijakan. Sehingga ketika disetujui, akan menjadi tolok ukur pembangunan berkelanjutan,” tutupnya. (dra)
DENNY SAPUTRA
@dennysaputra46