Satu pekan sebelum kembali bermain di Livoli setelah pensiun sejak 2019, Rianita Panirwan masih mendampingi klub binaannya. Di tim yang dibela, memosisikan diri sebagai penghubung; di tim yang didirikan bersama suami, mantan pevoli nasional itu membagikan beragam metode latihan yang pernah dijalaninya.
RIZKA PERDANA PUTRA, Sidoarjo
TIGA hari menjelang Livoli Divisi Utama yang dimulai 11 Oktober lalu, Rianita Panirwan mendapat sebuah panggilan tidak terduga. Labib, pelatih kepala klub voli Surabaya Bank Jatim, meminta ibu tiga anak yang sebenarnya sudah pensiun sebagai atlet tersebut untuk kembali ke dalam tim.
”Begitu dapat telepon, kaget juga. Pelatih bilang, ’Mbak, ini kaus buat sampean.’ Lho, aku main, hahaha,” kata Rian kepada Jawa Pos soal telepon dari Labib.
Pevoli kelahiran Jakarta, 22 April 1986, itu sebenarnya belum siap. Sebab, tidak seperti mayoritas pemain Bank Jatim lain, Rian sudah jarang mengikuti latihan bareng tim. Maklum, selama tiga tahun terakhir, Rian memilih fokus bekerja.
Rian pun merasa capaian tiga kali mengantar Bank Jatim juara Livoli pada 2017 sampai 2019 sudah cukup menjadi penutup sempurna karier. Tahun ini personel tim nasional (timnas) voli di SEA Games 2003 dan 2005 tersebut disiapkan untuk menjadi asisten pelatih.
Setelah berdiskusi, pemain berpostur 178 cm yang berposisi quicker atau middle blocker itu akhirnya paham bahwa tenaganya masih sangat dibutuhkan Surabaya Bank Jatim. Sampai saat ini, belum ada lagi sosok leader yang bisa menggantikan Rian.
”Menangani tim putri ini lebih sulit daripada tim putra lho. Emosinya, feel-nya, belum lagi kalau ada pemain yang punya masalah sama pacarnya,” ungkapnya.
Di klub yang dibelanya di Livoli sejak 2010 itu, Rian pun memosisikan diri sebagai penengah antara atlet dan pelatih. Juga, antara atlet dan manajemen. Diharapkan, semua berjalan kondusif.
Dan, kehadiran pevoli yang kenyang pengalaman membela berbagai klub di Proliga sejak 2002 sampai 2019 itu ternyata berbuah positif. Terutama ketika kali pertama diturunkan dalam laga kedua fase grup Livoli melawan TNI-AL di GOR Tawang Alun, Banyuwangi, Jawa Timur (12/10). Setelah kalah 0-3 dari Petrokimia Gresik Pupuk Indonesia (11/10) di duel perdana, Bank Jatim mampu meraih kemenangan perdana 3-1 atas TNI-AL di pertandingan tersebut.
”Kalau dia main, suara di lapangan ada. Dengan motivasi dia, pemain lain jadi semangat. Meski, dengan usianya dia yang sekarang, kami masih membutuhkan dia,” ujar Labib tentang Rian seusai pertandingan tersebut.
Keinginan Rian untuk istirahat sebagai pemain tahun ini sebenarnya bisa dimaklumi. Selain fokus bekerja, pevoli yang terakhir membela Jakarta Elektrik PLN di Proliga 2019 itu kini punya kesibukan baru: mengelola klub voli Jayaraya.
Klub asal Desa Sidokepung, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, itu dia dirikan bersama sang suami yang juga mantan pevoli, Johan Rachmadi Budiman, pada 5 September 2020. Satu pekan sebelum bergabung dengan skuad Bank Jatim, Rian bahkan masih berada di Tabanan, Bali. Bukan untuk berlibur, tetapi mendampingi tim putra Jayaraya bertanding di kejuaraan Livoli Divisi Satu. Meski baru berusia dua tahun, Jayaraya memang sudah memberanikan diri untuk ikut kompetisi tersebut.
Tidak hanya berstatus pemilik, Rian dan Johan juga bahu-membahu turun secara langsung menangani tim. Saat kejuaraan Livoli Divisi Satu 2022, Johan bertindak sebagai pelatih kepala dan Rian menjadi asisten.
”Kami mengisi perwakilan klub dari Jawa Timur karena tidak ada klub yang mau. Kami nekat saja. Aku juga nanya sama anak-anak, ’Berani ikut nggak?’ Mereka mau dan berani. Ya sudah, bismillah saja ikut,” kata Rian.
Mayoritas penghuni skuad Jayaraya yang bertanding di Livoli pun berasal dari Sidoarjo. Total, saat ini sudah ada 110 atlet yang rutin berlatih di lapangan Sidokepung. Tersebar dari usia remaja sampai senior.
Menurut Rian, Jayaraya terbentuk karena dirinya dan sang suami punya visi dan misi yang sama: ingin membina atlet-atlet voli. ”Jadiin pemain dari nol, anak kampung yang nggak ngerti voli sama sekali jadi ngerti itu sudah ada feel tersendiri. Jangan bicara soal jadi pemain nasional dulu. Mereka bisa passing saja, kami senang,” ungkap Rian.
Rian sebenarnya lebih banyak bekerja sebagai pendukung sang suami. Segala operasional klub lebih banyak dikerjakan Johan. Maklum, sehari-hari Rian harus membagi fokus untuk bekerja sebagai staf funding officer di Bank Jatim Cabang HR Muhammad, Surabaya.
Namun, setiap ada waktu luang, dia selalu mengunjungi tim. ”Aku lebih banyak menyumbang di metode latihan karena sampai sekarang kan masih jadi atlet. Dulu terakhir Proliga ikut Popsivo juga masih dipegang pelatih Thailand, terus ikut Jakarta Elektrik juga dipegang pelatih Tiongkok. Jadi, aku tahu metode terbaru dan ingin membaginya ke anak-anak,” jelas pemain yang pernah membela Petrokimia Gresik di Proliga 2017 tersebut.
Meski punya banyak kesibukan, mulai bekerja sebagai staf dan pemain Bank Jatim, lalu menjadi pelatih Jayaraya, hingga ibu tiga anak, Rian sangat menikmatinya. Sebab, sejak kecil dia biasa disiplin.
”Kalau dipikir, ya ngelu sakjane (pusing sebenarnya, Red),” kata Rian, lantas tertawa. ”Cuma, aku juga sudah terbiasa prepare semua. Jam segini aku harus begini, ini harus gini. Jadi, itu sudah setiap hari di kepala,” lanjutnya.
Sikap disiplin itu pula yang dia tanamkan kepada tiga anaknya: Rafael Akbar, 13; Marcello Azka, 10; dan Raisya Abigail, 8. ”Dulu orang tuaku juga galak, ngajarin aku disiplin. Itu yang aku terapkan ke anak-anak,” ujarnya.
Kini Rian berharap segala yang telah diperjuangkan bakal membuahkan hasil. Para pemain Jayaraya terus bersemangat untuk berlatih serta membawa tim promosi hingga Livoli Divisi Utama.
”Karena hambatan sekarang pemain muda mikirnya usia lebih dari 20 tahun nggak ada peluang, akhirnya berhenti main. Saya ingin edukasi bahwa peluang mereka di voli masih ada kok. Sekarang banyak jalur prestasi untuk anak sekolah dan mereka bisa meraihnya lewat voli,” ungkapnya. (*/c14/ttg)