Pagebluk Covid-19 belum sepenuhnya berakhir. Namun, pariwisata di Kaltim sudah menunjukkan tanda-tanda membaik. Okupansi hotel jadi salah satu tolok ukurnya.
BALIKPAPAN-Selama pandemi Covid-19, pariwisata menjadi sektor yang paling terdampak. Namun, secara bertahap, kini pariwisata sudah mulai kembali menggeliat. Itu ditandai dengan tingkat hunian hotel yang tinggi. Rata-rata mencapai 90 persen sampai 100 persen.
Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Balikpapan Joko Purwanto menuturkan, kondisi pariwisata di Kota Minyak sedang mengalami kenaikan signifikan. Itu dilihat dari okupansi hotel yang tinggi. Bahkan keperluan kamar masih kurang.
Dia menilai Balikpapan tetap menjanjikan. Apalagi dengan adanya Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Pertamina. “Jadi, yang namanya wisatawan ini sebenarnya tidak hanya melulu orang liburan. Tapi juga keperluan bisnis, pertemuan, dan sebagainya. Itu juga bentuk wisata. Dan mendongkrak okupansi hotel. Apalagi, Balikpapan juga dikenal sebagai kota industri dan MICE (meeting, incentive, convention, and exhibition),” ungkapnya.
Pun keberadaan IKN sangat mendukung kemajuan pariwisata di Balikpapan, sebagai kota penyangga. Dia berharap, krisis global tidak parah, sehingga pembangunan IKN dan RDMP bisa terus berjalan serta membantu meningkatkan keterisian hotel. Dengan begitu, tak akan banyak berpengaruh ke industri pariwisata. Apalagi, sampai terulang pada masa Covid-19. Di mana terjadi banyak pemutusan hubungan kerja (PHK).
Resesi global memang tengah santer jadi pembahasan termasuk di kegiatan Musyawarah Nasional Indonesia Inbound Tour Operator Association (IINTOA). Di mana IINTOA juga mempunyai peran mendatangkan wisatawan-wisatawan dari luar negeri ke Indonesia.
Erat kaitannya dengan ekonomi kreatif, pariwisata harus selalu berinovasi dan menciptakan destinasi-destinasi wisata baru, agar pengunjung atau tamu tidak bosan kembali datang. Mengenai itu, tentunya memerlukan dukungan pemerintah dan stakeholder.
“Memperbanyak pilihan transportasi dan sarana wisata. Sehingga, orang semakin mudah menjangkau destinasi yang dikehendaki. Baru-baru ini, pemerintah daerah mengembangkan Wisata Susur Teluk Balikpapan. Wisata menggunakan kapal pinisi tersebut sangat menarik dan harus dikembangkan,” ungkap Joko.
Menggandeng seluruh pihak dan kolaborasi, percepatan di industri pariwisata bisa terus meningkat. Menjadikan Balikpapan tidak kalah dengan daerah lain. Menggunakan berbagai upaya promosi, untuk mendatangkan orang-orang, tak hanya ke Kota Minyak, tapi daerah lain di Kaltim. Sehingga, perputaran uang di daerah ini terjadi dan akan membantu mengurangi angka inflasi yang terus meroket.
Bagaimanapun, pariwisata menjadi salah satu tiang penyokong perekonomian yang diharapkan bisa mendongkrak kehidupan dan geliat masyarakat di Balikpapan. Dia tak menutup mata, resesi global bisa menjadi kondisi yang cukup mencekam dan mengganggu industri pariwisata.
“Ada wisatawan dari Eropa yang memutuskan batal berkunjung ke Kaltim. Tapi, kami di pariwisata kiblatnya tidak hanya satu kawasan saja. Semoga wisatawan dari kawasan Asia, misalnya Tiongkok, India, Australia hingga Eropa Timur tetap datang berkunjung. Ya, mudah-mudahan resesi tidak terjadi di Indonesia,” pungkasnya.
TARGET WISATAWAN
Setelah pandemi, pariwisata Indonesia memang kembali menggeliat. Namun, ini kembali dihadapkan dengan adanya ancaman resesi global. Karena itu, tentunya banyak yang mempertanyakan bagaimana kesiapan sektor pariwisata menghadapi ancaman resesi.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengungkapkan, di tengah ancaman resesi, Indonesia masih menguat posisinya setelah perekonomiannya tumbuh di triwulan kedua dengan 5,3 persen. Bahkan, risiko resesi Indonesia oleh Bloomberg juga disurvei hanya 3 persen dibandingkan negara-negara lain. “Alhamdulillah, ini tentunya berkat kolaborasi yang baik dari berbagai pihak dengan menjaga daya beli sektor pariwisata dan ekonomi kreatif,” ungkapnya.
Menurut mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut, target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia sebanyak 1,8 juta juga sudah tercapai. Tepatnya pada awal September lalu. Karena itu, saat ini masih ada sisa waktu tiga bulan untuk bisa mencapai ambang batas tengah dan atas dari target kunjungan wisman 1,8 sampai 3,6 juta.
“Ini adalah kenaikan 2.028 persen lebih dengan top wisman dari Australia, Singapura, Malaysia, India, dan Amerika Serikat. Pada Agustus 2022 itu kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 510.000,” jelasnya.
Atas capaian tersebut, kata dia, sudah sepatutnya untuk disyukuri. Namun, jangan sampai terlena. Yakni semua harus terus menguatkan ekosistem di dalam negeri salah satunya dengan memberikan pendampingan bagi para pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif. Termasuk juga implementasi penguatan pemerataan bantuan modal untuk pelaku usaha.
Selain itu, lanjut dia, quality tourism adalah suatu kebijakan yang perlu diambil. Sehingga, tidak hanya fokus pada angka atau jumlah kedatangan para wisman. Penerapan quality tourism di antaranya dapat dilakukan dengan cara memperpanjang lama berkunjung para wisman. Termasuk meningkatkan belanjanya pada ekonomi lokal. “Beberapa negara yang menjadi target program promosi juga akan terus kita gancarkan. Yakni seperti Inggris, Prancis, Jepang, Korea, India, dan Australia,” ujarnya.
Terlebih, untuk libur dan cuti bersama nasional tahun 2023 pun telah diumumkan. Yakni ada 24 hari yang terdiri dari 16 hari libur nasional dan 8 hari cuti bersama. Menurut dia, hal tersebut pun juga dapat menjadi pemicu dari peningkatan pergerakan wisatawan. Khususnya wisatawan Nusantara. “Jadi, kami akan mengajak seluruh elemen masyarakat memanfaatkan cuti bersama dengan merencanakan wisata atau traveling di Indonesia saja,” terangnya.
Saat ini, ucap dia, pariwisata juga banyak yang bisa dijangkau dengan menggunakan kendaraan darat. Di antaranya, yakni ke desa-desa wisata yang jaraknya di bawah 200 kilometer dari tempat tinggal. “Traveling di Indonesia saja. Itu juga mendukung UMKM ekonomi kreatif kita,” tuturnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf Nia Niscaya menambahkan, berdasar data dari analisis sistem yang diambil dari online travel agent menunjukkan adanya intensif yang tinggi dari beberapa market yang belum ada penerbangan langsung. Sehingga, hal tersebut pun memberikan indikasi bahwa persepsi Indonesia pun sudah ada di market.
“Paling tinggi itu Amerika Serikat data pencarian tentang Indonesia itu mencapai sampai dengan 261 juta. Kemudian, Australia mencapai 187 juta, Inggris 161 juta, Jerman 121 juta, dan tempat kelima Prancis. Jadi, minat yang mau ke Indonesia itu sudah terlihat kalau dari sana,” katanya. (rom/k15)
ULIL
[email protected]