SAMARINDA-Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), Universitas Mulawarman (Unmul) menggelar Webinar Nasional bertemakan Modal Sosial untuk Meningkatkan Keterlibatan Masyarakat dalam Program Kesehatan.
Digelar pada Jumat (14/10) mulai pukul 09.00 Wita. Hadir menjadi moderator yakni Purwo Setiyo Nugroho SKM MEpid yang merupakan dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat di Univesitas Muhammadiyah Kalimantan Timur. Sedangkan pembicara oleh Dr Ajeng Tia Endarti SKM MCommhealth yang merupakan Ketua Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas MH Thamrin Jakarta.
Ketua LP2M Unmul Anton Rahmadi PhD dalam pembukaannya menerangkan bahwa kegiatan ini bisa menjadi promosi kesehatan yang memang perlu untuk dibahas secara bersama. Tentunya keterlibatan masyarakat saat ini merupakan prioritas yang dibawa oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan riset dan teknologi, dengan berbagai program dari penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dibawahi oleh direktorat riset dan teknologi dan pengabdian masyarakat.

Selain itu, lanjut Anton, kolaborasi dengan industri, pelaku usaha dan pemerintah dalam program Kedaireka, spesifik mengarah ke promosi kesehatan.
“Diharapkan kegiatan dapat membangun semangat berkolaborasi memetakan modal sosial apa saja yang dapat dilakukan bersama-sama untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam progam kesehatan yang ada di Indonesia,” terang Anton.
Setelah pembukaan oleh ketua LP2M Unmul, dilanjutkan dengan penjelasan dari Ajeng Tia Endarti yang membahas mengenai modal sosial.
Diketahui tingginya beban penyakit baik secara global maupun nasional yang ternyata hal tersebut tidak terdistribusi secara merata. Ada kelompok-kelompok yang secara sistematis memiliki proporsi kejadian beban penyakit tertentu. “Ini yang kita sebut sebagai kesenjangan kesehatan, dan dilihat dari hampir semua kesenjangan itu terkait dengan faktor sosial, oleh karena itu akan dibahas dengan determinan sosial kesehatan social determinant of health yang dikembangkan oleh WHO mulai 2004,” jelas Ajeng.
Perempuan yang pernah menjadi Satgas Nasional Covid-19 pada 2020-2022 ini menerangkan ada aspek modal sosial yang menjadi bagian dari social determinant of health yang kemudian penerapan modal sosial dalam upaya program-program kesehatan.
Setelah itu Ajeng melanjutkan penjelasan mengenai tujuan bersama secara global, dimulai dari pengertian sehat.
Sehat merujuk dari definisi WHO merupakan kondisi fisik, mental dan sosial yang sejahtera dan tidak semana-mata ketiadaan penyakit atau kondisi yang lemah atau infirmity. “Ketika kita tidak memiliki penyakit ekstrem yang menghambat aktivitas sehari-hari, kemudian secara psikologis mampu memandang diri kita, kemudian menikmati hidup, mampu beradaptasi berada dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, maka itu adalah konsidi yang sehat,” ucap Ajeng.
Namun, lanjutnya, tidak semua mendapat privilege atau kemampuan untuk bisa mendapatkan hal tersebut, padahal kondisi kesehatan ini merupakan hak asasi manusia yang tidak boleh ada perbedaan. Antar setiap ras, agama, kondisi ekonomi, kondisi sosial dan keyakinan politik.
Untuk itu, dari materi yang disampaikan, diharapkan ada pendampingan dari seseorang ataupun intitusi yang bisa ditunjuk sebagai agent of change untuk terjun ke masyarakat. (arina/far)