Bagi suporter di Kutai Kartanegara (Kukar), rivalitas pendukung antarklub itu hanya 90 menit. Setelahnya mereka adalah saudara.
DONI ADITYA, Tenggarong
[email protected]
TRAGEDI di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10) sampai di telinga para suporter di Kaltim. Tak terkecuali Mitra Mania (Mitman) yang merupakan pendukung setia tim asal Tenggarong, Mitra Kukar. Duka mendalam turut dirasakan Mitman.
Meski demikian, Mitman yang diketuai oleh Yuliansyah itu sepakat untuk tidak mencari siapa yang salah dari tragedi memilukan tersebut. “Kami turut merasakan duka mendalam atas tragedi di Kanjuruhan. Semoga kejadian tersebut menjadi yang terakhir di sepak bola Tanah Air, karena tidak ada hiburan yang sepadan dengan nyawa termasuk sepak bola,” ungkap Ulink, sapaan akrab Yuliansyah.
Sebagai pentolan Mitman, Ulink menuturkan atmosfer derbi memang selalu panas. Baik itu bagi pemain di lapangan maupun suporter di tribune. Hal itu cukup dirasakan Mitman ketika menjamu tim sesama Kaltim baik Persiba Balikpapan maupun Borneo FC sewaktu ketiga tim ini masih berlaga di Liga 1.
“Tidak ada derbi yang tidak panas, tapi rivalitas hanya saat pertandingan. Sejauh ini, rivalitas tim Kaltim tak sampai membutakan nalar suporter untuk berbuat anarkis. Kami bahkan ngopi bersama sebelum dan sesudah pertandingan,” imbuh Ulink.
Ulink menuturkan, ketika ada suporter tim lain yang ingin away ke markas Mitra Kukar, tak jarang Mitman menawarkan tempat untuk istirahat. “Karena rivalitas hanya 90 menit. Selebihnya, kita antar-suporter adalah saudara,” jelasnya.
Dia berharap setelah kejadian di Kanjuruhan, suporter Tanah Air lebih dewasa dalam memberikan dukungan kepada tim kesayangan. Jika berlebihan, dampaknya tidak hanya ke suporter saja, melainkan ke tim itu sendiri bahkan sampai ke pemain yang terancam kehilangan pendapatan. “Adu kreativitas saja di lapangan, lewat koreografi atau nyanyian. Setelah laga selesai, kembali bergandengan dan saling menghormati,” tutup Ulink. (rom/k15)