DARI empat putrinya, si sulung Nadhila Shabrina memang mengikuti jejak Emi. Nadhila mulai memperkenalkan Rumah Ampiek dan telah masuk retail di wilayah Jakarta sampai ke Manado. Mahasiswi Akademi Seni Rupa dan Desain (Asride) Iswi Jakarta tersebut tengah fokus mengembangkan pemasaran ready to wear.
Emi lalu bercerita, beberapa bulan lalu, Nadhila membawa nama Rumah Ampiek mengikuti gelaran fashion show di luar negeri mewakili pihak akademi. Terpilih setelah mengikuti serangkaian seleksi. Bakat putri tertua Emi tersebut juga diakui para pengajar di Asride Iswi. Nadhila kemudian membawa lima busana yang ditampilkan di event bertajuk, Front Row Paris. Dihelat pada 3-5 Agustus 2022.
Sebelum membuat, Nadhila selalu berdiskusi dengan Emi. Keduanya saling bertukar pikiran dan ide. Yang mana kreativitas, imajinasi tersebut diimplementasikan menjadi sebuah karya. Busana yang dibawa ke Paris, tak lepas dari budaya khas Kaltim. Bertemakan Hudoq. Emi selalu menekankan kepada buah hatinya supaya jangan pernah meninggalkan daerah asal. Dalam berbagai kesempatan, sekaligus sebagai ajang mengenalkan Bumi Etam ke mata dunia.
Memadukan kain tradisional, busananya memakai ulap doyo dan denim. Dibuat dalam gaya ceria serta kekinian, sehingga disukai kalangan anak muda. Ulap doyo sendiri adalah kerajinan turun-temurun suku dayak di perkampungan Tanjung Isuy, Jempang, Kutai Barat, Kalimantan Timur. Kain tradisional, seperti ulap doyo dan batik, kata Emi sangat disukai masyarakat Eropa, bahkan bernilai jual tinggi di sana.
“Serat ulap doyo kurang lebih seperti kain denim. Busana yang ditampilkan bergaya kasual sehingga cocok segala usia. Di gelaran Front Row Paris itu, selain ditampilkan di gedung juga di atas kapal pesiar. Dua busana dari lima busana yang dibawa juga langsung terjual,” ungkap Emi.
Bulan November nanti, diungkapkan Rumah Ampiek dibawa Nadhila kembali mengikuti fashion show di Negeri Gajah Putih. Bermotifkan bordiran dan alam Kaltim yang dituangkan ke dalam 10 busana yang tengah dipersiapkan. Sekarang ini sedang tahap masa produksi. Di samping itu, Emi sendiri tengah mempersiapkan dua kegiatan.
Dia masih enggan membicarakan secara detail. Namun diungkapkan, bahwa akan ada fashion show di atas kapal. Di mana tamu-tamu diajak mengenakan batik khas Balikpapan. “Tujuannya supaya masyarakat kita di Balikpapan lebih mencintai dan mengenal batik lokal, karena masyarakat masih bias terhadap manakah motif-motif batik Balikpapan itu,” tuturnya.
Sebelum menutup perbincangan, Emi menimpali, Rumah Ampiek tengah mengarah kepada produksi ready to wear. Dengan begitu, pembeli semakin mudah tuk mendapatkannya. Lalu, dia juga mengungkapkan biaya jahit secara individu/custome di luar negeri seperti di Hong Kong, Jepang, Saudi Arabia, ataupun Malaysia termasuk mahal. Maka itu, produksi ready to wear Rumah Ampiek pun ditingkatkan. (ndu/k15)
Ulil
[email protected]